Buah Bibir
Mahasiswa Fisipol UGM Ini Pilih Tidak Golput
Ia berpikir kalau golput berarti dipandang sebagai warga negara tidak tahu apa-apa dan tidak peduli akan nasib Indonesia.
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Pemilu, sebenarnya menjadi momen yang biasa saja bagi RA Magdalena Putri Kuslarassakti.
Saat mendengar ada pemilu, secara otomatis yang ada di kepalanya adalah harus nyoblos.
Ia sadar, ini cara lumrah dia sebagai masyarakat yang sedang menjalankan diri sebagai warga negara yang baik.
Mencoblos saat pemilu, menjadi hal lumrah.
Secara otomatis pula, Magdalena mencari tahu kedua Paslon Presiden dan Wakil Presiden yang akan berpartisipasi dalam Pemilu nanti.
Justru dari sini, ia dibuat ragu.
Karena menurut dia, dari dua calon memiliki kekurangan begitu siginifikan.
Entah kenapa, ada sesuatu yang membuatnya kurang srek untuk memilih salah satu calon.
“Rasanya kurang mantap terhadap calon presiden dan wakil presiden. Dua-duanya masih membuat saya ragu. Lalu kepikiran golput. Ini mungkin akan jadu gerakan komunal karna ketidakpuasan masyarakat. Dan bisa jadi gerakan komunal ini sungguh-sungguh muncul dipendekatan pemilu,” kata Magdalena pada Tribunjogja.com.
Namun niat golput ternyata juga membuat gadis yang sedang menempuh studi di Fakultas Fisipol UGM ini kembali membuatnya bimbang.
Baca: Bupati Sleman Turut Hadiri Apel Pengamanan Pemilu 2019
Ia, lalu berpikir kalau golput berarti dipandang sebagai warga negara tidak tahu apa-apa dan tidak peduli akan nasib Indonesia.
Magdalena berubah pikiran dan memilih untuk tidak golput.
“Akhirnya saya yakin. Jadi saya memilih untuk menggunakan hak saya. Soalnya kok terasa sia-sia aja kalau kita memiliki kesempatan berpolitik untuk berkontribusi terhadap negara dengan cara mudah melalui Pemilu ini tapi tidak digunakan. Meski cuma satu suara tapi karena dilukan banyak orang akan berpengaruh,” kata Magdalena.
Magdalena pun meyakini, memakai hak suara siapapun Paslon yang dipilih akan jauh lebih baik daripada tidak memilih sama sekali.
Satu suara, menurut dia sangat penting. Ibarat ketika banyak warga menuntut supaya suaranya berpengaruh, caranya adalah dengan memakai hak suara saat Pemilu nanti.
“Menurut saya, memakai hak suara saat Pemilu adalah salah satu langkah kecil tapi bermanfaat besar untuk masa depan kita dan bangsa dan negara. Sekarang saya sedang mencari info-info untuk lebih meyakinkan diri terhadap pilihan yang akan saya pilih ketika Pemilu nanti,” kata Magdalena. (*)