Yogyakarta
Duduk Perkara di TPST Piyungan
Kata dia, ketika sedang padat, antrean dump truk yang mengangkut sampah bisa mengular sampai satu kilometer.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
Jalan bawah sampai atas yang dimaksud oleh Maryono adalah jalan kampung sepanjang satu kilometer lebih. Jalan tersebut, seperti kata Maryono, becek dan banyak berlubang.
Bahkan kondisi di dalam TPST Piyungan-- dekat dermaga pembuangan sampah-- kondisinya banyak dipenuhi lumpur dan sampah.
Baca: Dibalik TPST Piyungan yang Ditutup
Maryono juga meminta jalan tersebut diberi penerangan lampu dan khusus untuk jalan didalam--dekat lokasi pembuangan sampah-- diberi talut. Ia menyebutnya dengan istilah talutisasi.
"Kalau nggak ditalut. Limbah masuk ke pemukiman warga. Kami minta diperbaiki,"
Dalam poin tuntutan warga, salah satunya juga minta adanya dana kompensasi.
Sejak awal TPST Piyungan beroperasi, menurut Maryono tidak ada dana kompensasi bagi warga terdampak.
Ia minta ada dana kompensasi perkepala keluarga (KK).
Selain itu, untuk mengurai antrean panjang. Warga meminta kepada pengelola supaya Dermaga pembongkaran dilebarkan sehingga proses bongkar sampah dari dalam truk bisa lancar dan cepat.
"Kalau tuntutan warga terpenuhi. Truk sampah baru bisa boleh masuk. Betul sedulur?," teriak Maryono, kepada sejumlah warga yang mengelilinginya.
"Betuuul," jawab mereka kompak.
Saat Maryono bersama warga menyampaikan tuntutan. Kala itu, hadir Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah [DPRD] DIY Yoeke Indra Agung Laksana dan Kepala Seksi pengelolaan sampah akhir Balai TPST Piyungan, Imam Sudiono.
Yoeke, siang itu, memang sengaja datang ke TPST Piyungan untuk mendengarkan duduk persoalan dilokasi pembuangan sampah yang dibangun sejak tahun 1995 itu.
Menurut Yoeke, melihat dari persoalan yang ada, intinya kehidupan warga setempat terganggu.
Karena bau sampah dan jalan umum untuk aktivitas warga banyak yang rusak.
Bahkan di beberapa bagian kondisinya becek.
Baca: Pemulung di TPST Piyungan Berharap Kegiatan Baksos Dilaksanakan Rutin