Bantul

Simulasi Longsor di Desa Sitimulyo, Warga Sitimulyo Was-was Saat Hujan Turun

Simulasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan menambah kemampuan masyarakat dalam mengantisipasi ancaman bencana.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin
Petugas sigap melakukan evakuasi dan memberikan pertolongan terhadap korban longsor dalam simulasi yang dilaksanakan di Desa Sitimulyo Piyungan Bantul, Minggu (24/3/2019) 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Simulasi bencana tanah longsor dilaksanakan di Padukuhan Pagergunung, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Minggu (24/3/2019).

Simulasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan menambah kemampuan masyarakat dalam mengantisipasi ancaman bencana.

Dalam simulasi tersebut, ratusan warga Sitimulyo berbondong-bondong keluar dari rumah. Mereka menyelamatkan diri setelah ada informasi datangnya bencana tanah longsor.

Sirine tanda bahaya berbunyi dan kentongan ditabuh berkali-kali.

Baca: Tingkatkan Wawasan Hadapi Bencana, BPBD Bantul Gelar Simulasi Bencana di Desa Sitimulyo

Puluhan petugas yang terdiri dari Forum pengurangan resiko bencana (FPRB) Desa Sitimulyo, Linmas, Kepolisian, Babinsa, Puskemas hingga PMI secara sigap menyelematkan warga. Mereka segera membangun posko pengungsian.

Ratusan warga dievakuasi. Warga yang terluka langsung diberikan pertolongan medis. Tenda darurat dan dapur umum didirikan, ditempat aman.

Dalam simulasi itu seakan banyak korban luka. Satu di antaranya adalah Tukiran. Warga Pagergunung 1, RT 02 Desa Sitimulyo.

Setiap hari ia mengaku tinggal disebuah rumah yang terletak di lereng bukit.

Saat hujan turun, lelaki 40 tahun itu selalu cemas dan was-was. Takut longsor terjadi.

"Kalau hujan deras. Saya nggak bisa tidur nyenyak. Perasaan saya tidak tenang. Saya muterin rumah. Lihat bukit, takut kalau ada longsor," tuturnya.

Baca: Pakar Geologi UGM : Potensi Longsor dan Banjir Masih Ada Ketika Curah Hujan Tinggi

Adanya sosialisasi terkait mitigasi bencana dan simulasi bencana longsor menurut dia, cukup membantu.

Menambah wawasan dan pengalaman.

Mengingat potensi bencana di sekitar rumahnya setiap waktu bisa saja terjadi.

Rumah yang ditempati oleh Tukiran merupakan warisan dari keluarga. Ia sudah menetap dan tinggal puluhan tahun. Sehingga tak mungkin pindah.

Hal yang sama juga disampaikan Juremi. Ia merupakan warga Pegergunung 2, RT 05 Desa Sitimulyo. Sama seperti Tukiran. Juremi tinggal di lereng bukit bernama watu lintang. Bukit tersebut menurut dia sudah beberapa kali longsor. Beruntung, longsoran material tanah tidak mengarah ke pemukiman warga.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved