ADVERTORIAL

Kesetaraan Gender dalam Keluarga Jadi Kunci Program Desa yang Inklusif

Pemahaman kesetaraan gender dalam keluarga merupakan dasar mereka memahami posisi laki-laki dan perempuan di masyarakat.

Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Sosialisasi Pemahaman Gender oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY Desa Kalitirto, Berbah Sleman. 

Dalam konteks melakukan hal ini, perempuan dalam hal ini ibu-ibu juga bisa melakukannya.

Asalkan, ada kesepakatan dalam pihak internal keluarga masing-masing.

Masih banyak hal sederhana yang bisa dilakukan oleh sebuah keluarga untuk benar-benar bisa merealisasikan konsep pemahaman kesetaraan gender ini.

Yang menjadi kunci utama menurut Rossy adalah memahami arti laki-laki dan perempuan dari sisi biologis dan peran yang dibentuk oleh budaya bermasyarakat.

Terkait pentingnya pemahaman kesetaraan gender dimulai dari keluarga juga diamini oleh Galih Pramilu Bakti selaku Pegiat LSM Institute for Development and Economic Analysis (IDEA).

Menurut Galih, pemahaman kesetaraan gender dalam keluarga merupakan dasar mereka memahami posisi laki-laki dan perempuan di masyarakat.

"Ini penting dilakukan, khususnya bagi warga di Kalitirto ya. Karena di lingkup sosial masyarakat, kami lihat keterwakilan perempuan dalam proses perencanaan pembangunan desa masih belum maksimal. Dari keluarga, bisa dimulai memahami posisi dan peran perempuan dan laki-laki," kata Galih.

Baca: Implementasi Kesetaraan Gender jadi Kunci Keharmonisan Keluarga

Sama halnya dengan lingkup keluarga, peran perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sosial bermasyarakat juga perlu dipahami oleh semua pihak.

Seperti dalam tataran kelembagaan misalnya, keterwakilan perempuan di suatu desa harus terpenuhi minimal 30 persen.

Jangan sampai, hanya didominasi kaum laki-laki.

Karena dengan terpenuhinya keterwakilan perempuan ini, otomatis setiap program pembangunan dalam suatu desa juga akan bersifat inklusif, artinya bisa diakses oleh semua kalangan termasuk perempuan, lansia maupun kaum difabel.

Walhasil, program yang disusun juga akan bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh elemen.

"Dari pemerintah desa juga memberikan ruang untuk perempuan untuk menyampaikan ide dan aspirasi. Misalnya banyak melibatkan mereka dalam musyawarah desa sebelum merumuskan suatu program. Selalu yakini bahwa perempuan juga punya pemikiran yang bisa diproses menjadi program yang bermanfaat untuk pembangunan desa," kata Galih. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA
    Komentar

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved