Kisah Penembak Runduk Kurdi yang Berhasil Tewaskan 250 Militan ISIS di Suriah

Pada 2013, dia telah tiba di negara yang sedang dilanda perang itu. Azad bergabung dengan kelompok relawan tentara Kurdi, YPG, untuk melawan ISIS

Editor: iwanoganapriansyah
IST/Mirror.co.uk
Azad Cudi, seorang pria Kurdi Iran yang menjadi penembak runduk dan berperang melawan ISIS di Suriah 

TRIBUNJOGJA.COM - Seorang pria dari etnis Kurdi Iran mengungkapkan kisahnya saat menjadi penembak runduk dan berperang melawan ISIS di Suriah.

Pria bernama Azad Cudi, yang kini berusia 35 tahun, mengaku meninggalkan Iran saat masih berumur 19 tahun.

Dia kabur setelah menolak mengikuti perintah wajib militer di negaranya yang mengharuskannya melawan kaum Kurdi Iran, etnisnya sendiri. Azad pun pindah dan menjadi warga negara Inggris.

Melihat Detik-detik Pertempuran di Benteng Terakhir ISIS di Kawasan Baghouz

Namun ketika Suriah dilanda perang saudara pada 2011 dan menjadi rentan terhadap masuknya organisasi militan, Azad merasa tidak bisa tinggal diam. Terlebih lagi Suriah juga menjadi rumah bagi kaum etnis Kurdi.

Meski ironis, karena dia meninggalkan tanah kelahirannya demi menghindari perang, Azad memutuskan untuk berangkat ke Suriah.

Pada 2013, dia telah tiba di negara yang sedang dilanda perang itu. Azad bergabung dengan kelompok relawan tentara Kurdi, YPG.

Azad hanya sempat menjalani pelatihan singkat dan kilat untuk menjadi penembak runduk menggunakan senapan, serta teropong tua.

Dia menjadi satu dari 17 sniper yang dimiliki YPG saat itu dan misi utamanya adalah mengusir keluar militan ISIS dari Kota Kobani, di utara Suriah, dekat dengan wilayah Aleppo yang hancur akibat perang.

"Kobani adalah sebuah tempat yang kejam, tidak ada yang normal di sana," ujar Azad menceritakan kembali kisahnya semasa berada di Suriah kepada The Express, dikutip Mirror.co.uk.

"Pasar hancur, jalan-jalan hancur, tidak ada tanda-tanda peradaban. Menyaksikan rumah-rumah yang hancur terasa seperti mendapat hantaman di wajah," tambahnya.

Meski YPG, yang didukung oleh koalisi pimpinan AS, turut mendapat bantuan serangan udara, Azad mengatakan, pertempuran di darat juga terjadi di jalan-jalan dan dari rumah ke rumah.

Salah satu tugas yang diemban Azad saat itu adalah untuk mengidentifikasi markas ISIS dan menghabisi mereka satu per satu sebelum bala bantuan datang untuk menyerbu masuk.

Azad pun menceritakan, tidak jarang harus berhadapan satu lawan satu dengan militan yang datang mengejar mereka.

Aneh, Pria Selandia Baru Ini Menyesal Gabung ISIS karena Tak Dapat Wanita Yazidi

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved