Bantul

Jelang Pilpres, Kaum Rois Diharap Jadi Ujung Tombak Kedamaian di Masyarakat

Ia meminta semua pihak terutama para simpatisan partai politik untuk menahan diri. Jangan saling bertikai.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Bupati Bantul Drs Suharsono 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Menjelang pesta demokrasi pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Bupati Bantul Drs Suharsono menginginkan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di Bumi Projotamansari tetap berjalan kondusif.

Ia meminta semua pihak terutama para simpatisan partai politik untuk menahan diri.

Jangan saling bertikai.

"Saya kan bolak-balik mengatakan walaupun saya dari partai Gerindra pokoknya dibuat bagaimana situasinya kondusif. Semuanya calon Presiden bagus. Walau saya dari Gerindra, tidak oh 2019 ganti presiden. Oh saya tidak," kata Suharsono, ketika ditemui dalam acara peresmian enam pasar Rakyat di Pasar Turi Sidomulyo Bambanglipuro Bantul, Selasa (26/2/2019).

Baca: Suharsono Ingin Pasar Rakyat di Bantul Bersih dan Menyenangkan

Ia mengatakan sebagai kepala daerah atasan dia di Pemerintah Kabupaten Bantul tetap Joko Widodo.

Ia mengaku tidak mau menjadi pengkhianat.

Sementara pimpinan dia di Partai Gerindra adalah Prabowo Subianto.

"Jadi saya bisa memilah-milah kan dimana saya berada," kata dia.

Kaum Rois

Sebagai Pimpinan Daerah, Suharsono mengaku memahami situasi dan kondisi di masyarakat menjelang pemilihan umum.

Sebab itu, ia berencana turun ke setiap wilayah di Kabupaten Bantul untuk bertemu dengan Kaum Rois.

Tujuannya, untuk membuat suasana tetap tenang, damai dan kondusif.

Baca: Suharsono Resmikan Rehab Pembangunan Enam Pasar Rakyat di Bantul

"Kayak pemilihan kepala desa. Nanti awal bulan April saya akan turun, sebelum coblosan. Saya akan membuat suasana tenang. Saya bilang tadi semua Presiden apik. Ujung tombaknya adalah kaum rois," tegas dia.

Menurutnya, kaum rois di Kabupaten Bantul merupakan kalangan yang sangat dihormati.

Karena langsung bersinggungan dengan masyarakat, sehingga warga cenderung akan menaruh hormat dan patuh.

"Kalau tidak patuh, ada warganya meninggal dunia, nanti tidak mau menyucikanya. Dia kan sangat dihormati," ujar Suharsono.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved