Mengenang Tony Prasetiantono: Antara Ekonomi dan Penggemar Jazz
Tony berpulang pada usia 56 tahun, Rabu (16/1/2019) malam, di Jakarta. Jenazahnya lalu diterbangkan ke Yogyakarta
“Sivitas akademika FEB UGM, dan UGM secara umum, merasa kehilangan beliau. Pak Tony merupakan salah satu ekonom terkemuka yang analisisnya sangat tajam dan kerap memberikan informasi tentang perekonomian kepada masyarakat,” kata Eko yang merupakan teman seangkatan Tony saat belajar di Fakultas Ekonomi UGM.
Kegigihan dan Jazz
Di sisi lain, Tony ternyata merupakan penggemar berat musik jazz. Namun, dia tampaknya tak puas menjadi sekadar penikmat jazz. Itulah kenapa, sejak tahun 1987, saat ia masih merupakan dosen muda di Fakultas Ekonomi UGM, Tony memutuskan untuk menginisiasi konser musik bertajuk Economics Jazz Live di Yogyakarta.
Sebagai promotor konser musik, Tony dikenal gigih. Begitulah kesaksian Hery Nugroho (52), alumnus Fakultas Ekonomi UGM yang ikut menjadi panitia penyelenggaraan Economics Jazz Live pertama kali.
“Saya tahu bagaimana berdarah-darahnya beliau menggelar acara itu pertama kali. Semua panitia diminta untuk mencari sponsor ke sana kemari. Saya ingat betul, waktu itu, sponsor yang bisa saya dapat nilainya hanya Rp 45.000,” tutur Hery.
Hery menuturkan, penyelenggaraan Economics Jazz Live pertama diwarnai sejumlah kekurangan, antara lain menyangkut sponsor. Dia mengisahkan, saat itu panitia mendapat sponsor dari Komando Daerah Militer (Kodam) VII/Diponegoro (sekarang Kodam IV/Diponegoro). Namun, panitia Economics Jazz Live justru salah menuliskan nama institusi militer itu dalam spanduk acara.
“Entah bagaimana ceritanya kami dapat sponsor dari Kodam. Mereka meminta kami membuat spanduk. Tetapi, karena kelelahan, kami menulisnya Kodam VII/Dinogoro. Langsung mereka menelepon kami dan marah-marah. Akhirnya kami langsung mengganti spanduk itu,” cerita Hery.
Dalam penyelenggaraan konser pertama itu, panitia yang terdiri dari mahasiswa dan dosen, termasuk Tony, juga harus nombok karena pemasukan yang didapat lebih kecil dari biaya operasional.
“Itu pengalaman yang menurut saya sangat berkesan. Ketika kami bisa menggelar pergelaran jazz yang begitu hebat pada waktu itu, hanya dengan modal nekat saja,” kata Hery.
Namun, Tony dan para panitia Economics Jazz Live tak menyerah. Mereka terus menggelar konser kedua, ketiga, dan seterusnya. Bahkan, di luar dugaan, konser tersebut mampu bertahan selama 31 tahun.
Memang, Economics Jazz Live sempat vakum selama beberapa tahun, kebanyakan karena Tony tengah melanjutkan studi di luar negeri. Namun, saat ia telah kembali ke tanah air, Tony menunjukkan konsistensinya sebagai promotor konser musik jazz.
Dalam rentang waktu 1987-2018, Tony dibantu para mahasiswanya di FEB UGM telah menyelenggarakan 24 kali konser Economics Jazz Live yang kemudian berganti nama menjadi UGM Jazz. Konser terakhir digelar 3 November 2018 di Grand Pacific Hall, Sleman.
Musisi Dunia