Bantul
Warga Dusun Cikal Kelola DAS Untuk Kampung Wisata, Lahirkan Kawasan Wisata Taman Tempuran Cikal
Sejak Februari 2017 silam, sedikit demi sedikit warga bergotong-royong mengubah lahan yang dulunya tak terawat menjadi kawasan wisata.
Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Warga Dusun Cikal, Srimulyo, Piyungan, Bantul berinisiatif mengelola daerah aliran sungai (DAS) yang termasuk di wilayah mereka.
Sejak Februari 2017 silam, sedikit demi sedikit warga bergotong-royong mengubah lahan yang dulunya tak terawat menjadi kawasan wisata.
Hingga awal 2019 ini, penggarapan lahan seluas sekitar 9600 meter persegi ini mencapai 20 persen secara keseluruhan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Pengelola Taman Tempuran Cikal, Dwi Joko Susilo.
Kata Dwi, untuk kawasan taman sendiri progresnya sudah 50 persen.
Baca: Kampung Wisata di Kota Yogyakarta Siap Hadapi Bencana di Musim Penghujan
"Ini masih dalam pengembangan. Atas inisiatif warga, kami memanfaatkan potensi biar bisa ada manfaat. Sekaligus merawat lingkungan dan ada nilai plusnya," jelasnya ditemui Tribun Jogja, Selasa (15/1/2019) siang.
Dwi menyebut, untuk pengembangan kawasan wisata ini didanai sepenuhnya oleh masyarakat.
"Semuanya swadaya masyarakat. Tenaganya juga dari masyarakat sini," jelasnya.
Dusun Cikal sendiri terdiri dari empat RT yang seluruh warganya terlibat dalam pengembangan Taman Tempuran Cikal.
Secara bertahap, mereka membuat berbagai macam wahana mulai dari wahana outbond hingga wahana trail mini.
Dwi mengatakan, pihaknya ingin menyuguhkan wisata DAS yang berberbeda dari yang lainnya.
Bukan satu-satunya, selain Taman Tempuran Cikal, di Srimulyo terdapat pula wisata DAS Kebon Pring.
Rencana pun telah disusun.
Berbagai macam wahana dan fasilitas ikonik akan dimunculkan.
Namun, bagi Dwi ada yang lebih penting dari sekadar sesuatu yang ikonik.
Ia ingin Taman Tempuran Cikal menjadi tempat wisata yang mengedepankan keamanan dan kenyamanan.
Baca: Sebanyak 8 Kampung Wisata Akan Diakreditasi Tahun Depan
"Semuanya kami bikin terjangkau, aman, dan nyaman," kata Dwi. "Soal ikon, nantinya pengunjung akan diajak untuk keliling dan mendatangi langsung tempat produksi kerajinan para seniman," terangnya.
Seniman setempat juga dilibatkan untuk menjadi daya tarik wisata ini nantinya.
"Karena relawan kami terbatas, kami juga ajak seniman yang ada di sini," paparnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Pengelola Taman Tempuran Cikal, Nuri Hanafi menambahkan, nantinya juga akan ada museum bahan pangan tradisional.
"Ada museum bahan pangan tradisional. Seperti lembong, tales, garut, dan umbi-umbian lainnya. Itu nanti ditanam oleh ibu-ibu PKK," kata Nuri.
Konsep yang diusung oleh pengelola, kata Nuri, yakni kampung wisata.
Sehingga nantinya akan disiapkan pula homestay dan tur keliling kampung wisata menggunakan pedati.
"Ada paket tur, mewajibkan pengunjung pakai pakaian tradisional. Juga akan disuguhi menu makanan tradisional, masih kami susun menunya, ada gudeg rebung dan nasi mong-mong," jelasnya.
Tambahnya, Taman Tempuran Cikal ini juga dapat digunakan untuk berbagai acara komunitas atau acara keluarga.
Ia mengaku, beberapa hotel dan biro perjalanan sudah memesan tempat tersebut untuk kegiatan mereka. "Beberapa sudah booking tempat di sini," ujarnya.(TRIBUNJOGJA.COM)