Bantul
Kisah Pilu Mbah Sokiyem, Tunanetra Asal Bantul yang Bertahan Hidup Sebatang Kara
Di rumah sederhana itu, Mbah sokiyem mengaku hidup sendirian sebatang kara, tidak memiliki teman untuk berbagi.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL- Isak tangis Mbah Sokiyem pecah, ketika Wakil Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih berkenan datang berkunjung ke kediamannya di dusun Nogosari 1, RT 1 Desa Wukirsari, Imogiri, Bantul, pada Jumat (11/1/2019) sore kemarin.
Tangannya beberapa kali harus mengusap air mata yang jatuh ke pipi rentanya.
Di rumah sederhana itu, Mbah sokiyem mengaku hidup sendirian sebatang kara, tidak memiliki teman untuk berbagi.
Rumah yang ia tempati pun bukan rumah pribadi namun tumpangan dari keponakannya bernama Tujiyanto.
Baca: 13 Langkah Flawless Make Up Look Flormar, Lengkap dengan Video Tutorial
"Kulo nunut teng nggone ponakan kulo. Mboten gadah nggon mboten gadah lemah. (Saya menumpang hidup dirumah keponakan saya. Tidak punya rumah tidak punya tanah-red)," ucap nenek 70 tahun itu, sambil terisak.
Mbah sokiyem merupakan seorang tuna netra.
Meski kedua matanya tak sanggup lagi melihat, namun ia tetap mandiri.
Keperluan makan dan minum terkadang ia penuhi sendiri.
"Mripat kulo mboten saged ningali. Tapi kulo saged damel maeman. (Mata saya tidak bisa melihat. Tapi saya bisa membuat makanan-red)," tuturnya.
Seperti yang dilakukan sore itu, meski kedua matanya tak lagi sanggup melihat, namun ia tampak cekatan merebus ketela menggunakan tungku.
Ia mengatur perapian supaya tungku tetap menyala.
Baca: Cendrawasih yang Hendak Dijual di Bantul Dibanderol Rp 35 Juta
Kepada Tribunjogja.com, ia bercerita, waktu kecil hingga remaja kedua matanya masih normal selayaknya perempuan yang lain.
Namun, petaka itu datang secara tiba-tiba.
Di suatu hari, saat remaja, matanya terasa sakit.
Awalnya ia menganggap sakit itu biasa saja.
"Awale mripat kulo enten belek. Rasane Sakit. Kulo gosok-gosok. Tambah sakit. Kulo periksa, sanjange dokter enten sing pecah. Kulo mboten saged ningali. (Awalnya mata saya ada belek. Terasa Sakit. Saya mengusapnya terus. Tambah sakit. Saya periksakan ke dokter katanya ada yang pecah pada bagian mata. Akhirnya saya tidak bisa melihat-red)," ujar Mbah Sokiyem, menceritakan mengapa matanya tidak bisa melihat.
Keponakan dari Mbah Sokiyem, Tujiyanto menuturkan setiap harinya Mbah Sokiyem hidup sebatang kara.
Tak banyak yang bisa dilakukan, hanya merenda waktu.
Sebenarnya, kata Tujiyanto, Mbah Sokiyem memiliki seorang anak bernama Suprihatin.
Namun sang anak saat ini tengah merantau ke kota Padang, Sumatera Barat dan lama tak pernah pulang.
"Anaknya pernah pulang sekali dan sekarang sudah lama tak pernah pulang lagi," tuturnya.
Tujiyanto mengaku prihatin dengan kehidupan yang dialami oleh Mbah Sokiyem, tak punya teman dan tak memiliki pekerjaan.
Baca: Hingga 2018, DLH Bantul Telah Bangun 51 TPS 3R
Sempat ia mengaku pernah dua kali membawa Mbah Sokiyem ke Dinas Sosial supaya mendapatkan teman dan memiliki keterampilan.
Namun sayang, Mbah Sokiyem tidak kerasan.
"Saya bawa ke sana (dinsos) supaya dapat pelatihan tapi pulang lagi. Dua kali," ungkapnya.
Potret Mbah Sokiyem itu direspon oleh Abdul Halim Muslih yang mengunjungiya, Jumat (11/1/2019).
Kunjungan itu sekaligus merupakan tinjauan terhadap sistem penanggulangan kemiskinan yang ada di Kabupaten Bantul.
Menurutnya, masih ada bahkan banyak masyarakat miskin di Bumi Projotamansari yang belum memperoleh fasilitas jaminan sosial.
Padahal, kata Halim, pemerintah memiliki banyak program jaminan sosial yang diperuntukkan bagi warga miskin, seperti asistensi sosial lanjut usia terlantar (ASLUT), Asistensi sosial orang dengan kecacatan (ASODK), Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dan ada juga kartu Indonesia Sehat (KIS) serta Kartu Indonesia Pintar (KIP).
"Mbah Sokiyem ini satu di antara warga miskin yang hanya memiliki KIS (kartu Indonesia sehat). Mestinya Mbah Sokiyem ini bisa memperoleh BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai). Nah, karena itu akurasi data sedang kita perbaiki," ucapnya.
Data terpadu penerima jaminan sosial saat ini sedang dibenahi.
Baca: DIY Segera Miliki Jalur Kelok 18 yang Hubungkan Bantul dan Gunungkidul
Halim berharap proses verifikasi dan validasi akan segera selesai pada akhir bulan ini dengan cara menggelar musyawarah desa (musdes) diseluruh Kabupaten Bantul.
Metode yang digunakan untuk melakukan verifikasi dan validasi data kemiskinan dikatakan Halim memakai proksimintes yaitu uji data kemiskinan dengan turut serta melibatkan masyarakat.
"Semoga akhir bulan ini verifikasi dan validasi data terpadu fakir miskin di kabupaten Bantul bisa kita peroleh dengan akurat," harap dia.
Tak ketinggalan, dalam kunjungan ke rumah Mbah Sokiyem, Halim juga menyerahkan bantuan sembako yang diakuinya merupakan titipan dari segenap teman.
"Niki enten titipan sembako Mbah, saking rencang-rencang sedoyo (Ini ada titipan sembako Mbah, dari teman-teman semua-red)," ucap Halim sembari menyerahkan bantuan ke Mbah Sokiyem.
Dari bantuan itu terlihat ada sejumlah karung beras, minyak sayur, mi instan dan barang kebutuhan lainnya. (*)