Kota Yogyakarta
Dua Perpustakaan Sudah Beroperasi 20 Jam
Ia pun menyebut, untuk memudahkan warga mengakses layanan di perpustakaan, pihaknya segera menambah perpustakaan baru yang ada di sisi utara dan barat
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dua perpustakaan milik Pemerintah Kota Yogyakarta, yakni Perpustakaan Kota Yogyakarta (pusat) di Suroto dan Perpustakaan Alternatif Kota Yogyakarta (Pevita) di Mayjend Sutoyo, telah dioperasionalkan selama 20 jam.
Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko menjelaskan bahwa perpustakaan tersebut beroperasi dari pukul 07.30 hingga 03.30 WIB.
"Ini merupakan perpustakaan yang di Indonesia untuk pertama kalinya buka hingga 20 jam. Kita ngotot (harus buka lebih panjang) karena perpustakaan umum di kota harus beda karena ini di kota pendidikan," jelasnya, Senin (7/1/2019).
Baca: Menilik Grhatama Pustaka, Perpustakaan Milik Pemda DIY yang Dilengkapi Koleksi Buku Digital
Sebagai kota yang menyandang gelar tersebut, Wahyu mengatakan sudah seharusnya perpustakaan di Yogyakarta mampu menciptakan atmosfer pendidikan.
Salah satunya adalah dengan memperpanjang jam operasional.
"Dari orangtua sampai anak-anak, perputakaan di kota ini bisa menjadi tempat mereka. Fasilitas terpenuhi. Kami juga menyediakan perpustakaan untuk masyarakat hingga dini hari," bebernya.
Ia menjelaskan, memang tak banyak yang datang ke perpustakaan pada jam-jam malam.
Wahyu menyebut rata-rata per hari terdapat 20 orang dengan status mahasiswa yang memanfaatkan fasilitas di perpustakaan.
Namun ia tak patah arang, menurutnya meski mereka datang dengan jumlah sedikit, selama pihaknya konsisten menyediakan layanan tersebut maka seluruh warga akan terfasilitasi.
Baca: BPAD DIY Gencarkan Pembinaan terhadap Perpustakaan
"Bahkan yang datang dini hari ada yang perempuan. Meski demikian kami tetap menjamin bahwa perpustakaan digunakan untuk tempat yang semestinya. Keamanan, kami sudah ada security. Terkait kebersihan kami juga ada cleaning service. Keduanya ada hingga dini hari," bebernya.
Pengunjung yang datang saat dini hari, lanjutnya, tidak bisa melakukan transaksi sirkulasi alias pinjam dan kembalikan buku.
Wahyu mengatakan batas akhir pelayanan sirkulasi ada pasa pukul 24.00.
"Ini karena berdasarkan survei yang kami lakukan, mereka yang datang malam bukan untuk meminjam buku, melainkan menggunakan WiFi. Jadi kami fasilitasi dengan ruang diskusi, internet berkecepatan tinggi, serta majalah dan koran," ucapnya.
Pevita sendiri merupakan perpustakaan yang baru diresmikan di penghujung tahun 2018.
Saat itu, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti yang meresmikan perpustakaan tersebut berpesan agar minat baca masyarakat khususnya penduduk Kota Yogyakarta ditingkatkan.
Baca: Keluarga Adalah Perpustakaan Pertama bagi Anak
"Jangan cuma baca buku terus dikeloni. Membaca itu memiliki banyak manfaat, misalkan melatih otot mata dan imajinasi. Saya melihat di tempat umum, orang Indonesia lebih banyak tidur dan ngobrol. Berbeda dengan bule yang banyak membaca," bebernya.
Ia menyampaikan bahwa membaca akan menjadi budaya ketika itu ditanamkan dan dibiasakan kepada anak sedari kecil.
Orang tua memiliki peran untuk mendorong anak menjadi pribadi yang gemar membaca.
"Ini harus didorong untuk baca, misalkan seminggu menyelesaikan 1 buku nanti dapet hadiah, misalkan hadiahnya makan bersama. Bisa juga rutin mengajak anak ke perpustakaan bersama-sama. Jadi bukan harganya, tapi yang penting kebersamaan dan waktunya," tuturnya.
Ia pun menyebut, untuk memudahkan warga mengakses layanan di perpustakaan, pihaknya segera menambah perpustakaan baru yang berada di sisi utara dan barat.
Baca: SILVIA, Layanan Baru Perpustakaan Kota Yogyakarta
Selanjutnya, perpustakaan yang ada di Jalan Suroto akan menjadi pusat dari seluruh Perpustakaan yang ada.
"Kalau di timur sudah ada Grhatama Pustaka. Jadi nanti kita tambah barat dan utara," ucapnya.
Haryadi mengungkapkan, pemilihan lahan bukan menjadi kendala bagi pihaknya.
Namun yang paking penting sebelum mendirikan perpustakaan baru tersebut adalah kajian tentang tingkat kepadatan sekitar.
"Kalau nanti kita bangun perpustakaan yang baru, nggak ada yang datang gimana? Makanya butuh kajian tentang tingkat kepadatan dulu. Nanti juga kecil dulu, nggak harus langsung besar," tandasnya.(TRIBUNJOGJA.COM)