Gelombang Tsunami Kedua Setinggi 4 Meter, Ibu Hamil Berjuang Mati-matian Hingga Akhirnya Selamat
Gelombang tsunami yang semula hanya setinggi lutut, langsung disusul gelombang kedua yang tingginya sekira empat meter.
TRIBUNJOGJA.COM - Gelombang tsunami yang semula hanya setinggi lutut, langsung disusul gelombang kedua yang tingginya sekira empat meter. Hal itu diceritakan Salah satu korban selamat, Nasoha (45), asal Lampung pascakejadian.
Warga yang belum sempat menyelamatkan diri ini mengaku langsung tergulung ombak.
Seorang ibu hamil enam bulan bahkan ikut terendam dan harus berjibaku menyelamatkan diri dari hantaman gelombang tsunami.
Sempat berpikir hidupnya akan segera berakhir, ia akhirnya selamat setelah diselamatkan oleh warga lainnya.
Kisah korban selamat tsunami Selat Sunda ini dikutip tribunjogja.com dari tribunlampung.co.id dari kompas.com.
Baca: Departemen Luar Negeri AS Turut Berbela Sungkawa atas Bencana Tsunami di Banten dan Lampung
Baca: Update Korban Tsunami Banten: 281 Meninggal, 1.016 Luka-Luka, dan 57 Hilang
Disebutkan bahwa tsunami Selat Sunda juga berdampak pada pesisir Lampung pada Sabtu (22/12/2018).
Salah satu wilayah yang terkena dampak parah adalah wilayah Way Muli Timur, Rajabasa, Lampung Selatan.
Salah satu korban selamat, Nasoha (45), menceritakan kisahnya bertahan hidup dari hantaman tsunami.
Menurut Nasoha, saat kejadian sekitar pukul 21.00 WIB, dia dan kedua anaknya sedang berada di rumah.
Dia mendengar suara gemuruh ombak besar dan sempat keluar mencari sumber suara.
"Pas keluar ternyata air sudah naik ke rumah setinggi lutut. Saya cepat masuk lagi, narik anak untuk keluar," ceritanya, seperti dikutip kompas.com dari Tribun Lampung.
Sebelum sempat menarik anaknya keluar, ombak kedua setinggi empat meter kemudian menghantam rumahnya.
"Saya enggak sempat ngapa-ngapain lagi. Sama anak cuma bisa pelukan saja. Terus dalam sekejap saya sudah tergulung ombak," tutur Nasoha.
Nasoha kemudian ditemukan selamat dengan luka robek di lengan kanan dan telinga kanan, serta memar di pelipis mata kiri.
"Tapi syukur, saya masih bisa selamat. Tapi rumah saya rata, tidak berbentuk lagi," ucap Nasoha.
Baca: Bani Seventeen Dimakamkan di TPU Wismoloyo Gamping Tengah
Baca: Kabar Tentang Keberadaan Istrinya Keliru, Ifan Seventeen Sedih dan Kecewa
Hamil enam bulan
Sulis, warga Desa Way Muli Timur lainnya menuturkan, gelombang besar menerjang rumahnya saat ia dan dua anaknya hendak tidur.
Ia yang dalam kondisi hamil 6 bulan sempat terendam air laut.
"Waktu hendak menyelamatkan diri saya sempat jatuh. Suami saya menyelamatkan anak. Saya terendam luapan air. Saat itu, saya merasa hidup saya akan berakhir, sampai ada tetangga yang menarik tangan saya," tuturnya.
Selanjutnya, ia bersama suami, anak serta tetangganya berlari menuju kaki gunung Rajabasa. Menurutnya, malam itu cukup mencekam.
Karena aliran listrik PLN mati. Sehingga warga pun kalang-kabut untuk menyelamatkan diri di tengah gelapnya malam.
Saat air surut dan kondisi sudah aman.
Ia dan suami kembali ke rumah. Namun ia mendapati bagian depan rumahnya sudah roboh.
Begitu juga dengan warung soto miliknya. Sudah rata dengan tanah.
Sementara beberapa rumah tetangganya juga rata dengan tanah.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Korban Selamat Tsunami: Dalam Sekejap Saya Sudah Tergulung Ombak...