Kisah Seorang Ibu yang Memiliki 3 Anak Berkebutuhan Khusus, Kuncinya Sabar dan Selalu Bersyukur
Aya tentu harus rela waktu istirahatnya berantakan. Tetapi ia terus belajar sabar untuk mendampingi Soji, Ray, dan Aisyah.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Muhammad Fatoni
Namun rasa cintanya kepada anaknya, membuatnya meredam amarahnya.
"Pernah juga marah, gemes kan saya. Aisyah itu harus minum obat secara rutin, waktunya juga harus tepat. Tetapi sama dia dimuntahin. Gemes, saya marah, tapi saya lihat dia lalu istighfar. Saya istighfar terus. Saya ini marah sama siapa? Bahkan dia digigit nyamuk aja nggak bisa nggaruk. Istighfar terus, akhirnya ya nggak jadi marah," ungkapnya.
"Ray itu kan hiperaktif, dia nggak bisa diam. Dia itu akan minta terus sampai kepinginnya dipenuhi. Akhirnya yang saya lakukan ya cuma bilang 'dek sabar' gitu saya ulang. Supaya dia ngerti dan jadi pengingat buat saya juga," lanjut blogger bertema keluarga dan pernikahan itu.
Warga Gunung Sempu, Kasihan Bantul itu selalu merasa bahwa anak-anaknya memiliki keistimewaan.
Hanya orangtuanya saja yang belum jeli melihatnya. Ia pun tak pernah menyalahkan Tuhan atas kondisi anaknya.
Menurutnya anak adalah pembawa rezeki.
Ia bertanggungjawab untuk merawat dan mengembalikan (kepada Tuhan) dalam kondisi baik.
"Anak itu rezeki, mungkin orang lain dapat rezeki yang seperti anak kebanyakan. Ini adalah rezeki saya. Saya selalu bersyukur karena justru saya malah dikasih kemudahan. Saya dikasih orang-orang baik di sekitar saya. Saya selalu bersyukur dan selalu menyadari bahwa Allah baik," bebernya.
Ia tidak berjuang sendiri, suaminya pun mendampinginya dalam memberatkan ketiga buah hati. Sosok berhijab itu dan sang suami selalu berusaha saling membantu.
"Alhamdulillah saya punya keluarga dan suami yang selalu support. Suami itu juga bantuin, saling lah. Kami gantian shift, karena Aisyah kan tidur malam. Kami sama-sama capek, jadi ya saling memahami. Saya yakin anak-anak nanti juga bisa mandiri,", tutupnya. (*)