Kisah Seorang Ibu yang Memiliki 3 Anak Berkebutuhan Khusus, Kuncinya Sabar dan Selalu Bersyukur

Aya tentu harus rela waktu istirahatnya berantakan. Tetapi ia terus belajar sabar untuk mendampingi Soji, Ray, dan Aisyah.

dok.pri
Keluarga Kartika Nugmalia, ibu yang bersabar membesarkan 3 anak berkebutuhan khusus 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Menjadi seorang ibu tentu bukanlah hal yang mudah.

Seorang ibu harus mengandung 9 bulan 10 hari, berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan, juga membesarkan anak-anaknya entah bagaimanapun caranya.

Kartika Nugmalia (36) misalnya, ia juga merasakan susahnya jadi ibu.

Apalagi, ketiga buah hatinya merupakan anak berkebutuhan khusus.

Anak pertamanya Soji (7) didiagnosa menderita Attention Deficit Disorder (ADD).

 Anak keduanya Ray (6) didiagnosa Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

 Dan si bungsu Aisyah (3) didiagnosa mengidap West Syndrome.

Awalnya Aya, panggilan akrabnya, tak menyadari bahwa anaknya berbeda dari anak pada umumnya.

Ia dan Ryan Salfarino (37) suaminya kemudian memeriksakan anaknya ke dokter.

"Awalnya Soji itu jalannya masih belum jejeg (tegak), ngomongnya juga belum lancar lalu ke dokter. memang dibilang ada tumbuh kembangnya bermasalah, tetapi waktu itu saya nggak ngeh. Sebagai orangtua ya pasti ada penyangkalan dulu. Enggaklah, Soji cuma telat aja," katanya saat ditemui Tribun Jogja di Kadipaten, Sabtu (22/12/2018).

"Saya lahiran anak kedua, posisi Soji belum mandiri. Gimana ya rasanya, ya capek fisik ya capek psikis. Gejala Ray itu hampir mirip dengan Soji. Kalau Aisyah itu eye contact kurang, lalu sering kagetan tanpa sebab. Ternyata dia itu kejang yang mengarah ke epilepsi, tapi bukan epilepsi," sambungnya.

Menjadi ibu untuk ketiga buah hatinya sangat tidak mudah.

Aya tentu harus rela waktu istirahatnya berantakan. Tetapi ia terus belajar sabar untuk mendampingi Soji, Ray, dan Aisyah.

Marah, semua manusia pasti pernah mengalaminya, tak terkecuali dengan Aya.

Namun rasa cintanya kepada anaknya, membuatnya meredam amarahnya.

"Pernah juga marah, gemes kan saya. Aisyah itu harus minum obat secara rutin, waktunya juga harus tepat. Tetapi sama dia dimuntahin. Gemes, saya marah, tapi saya lihat dia lalu istighfar. Saya istighfar terus. Saya ini marah sama siapa? Bahkan dia digigit nyamuk aja nggak bisa nggaruk. Istighfar terus, akhirnya ya nggak jadi marah," ungkapnya.

"Ray itu kan hiperaktif, dia nggak bisa diam. Dia itu akan minta terus sampai kepinginnya dipenuhi. Akhirnya yang saya lakukan ya cuma bilang 'dek sabar' gitu saya ulang. Supaya dia ngerti dan jadi pengingat buat saya juga," lanjut blogger bertema keluarga dan pernikahan itu.

Warga Gunung Sempu, Kasihan Bantul itu selalu merasa bahwa anak-anaknya memiliki keistimewaan.

Hanya orangtuanya saja yang belum jeli melihatnya. Ia pun tak pernah menyalahkan Tuhan atas kondisi anaknya.

Menurutnya anak adalah pembawa rezeki.

Ia bertanggungjawab untuk merawat dan mengembalikan (kepada Tuhan) dalam kondisi baik.

"Anak itu rezeki, mungkin orang lain dapat rezeki yang seperti anak kebanyakan. Ini adalah rezeki saya. Saya selalu bersyukur karena justru saya malah dikasih kemudahan. Saya dikasih orang-orang baik di sekitar saya. Saya selalu bersyukur dan selalu menyadari bahwa Allah baik," bebernya.

Ia tidak berjuang sendiri, suaminya pun mendampinginya dalam memberatkan ketiga buah hati. Sosok berhijab itu dan sang suami selalu berusaha saling membantu.

"Alhamdulillah saya punya keluarga dan suami yang selalu support. Suami itu juga bantuin, saling lah. Kami gantian shift, karena Aisyah kan tidur malam. Kami sama-sama capek, jadi ya saling memahami. Saya yakin anak-anak nanti juga bisa mandiri,", tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved