Lifestyle

Catatan Simon Hate setelah Membaca Novel 'Menolak Ayah' karya Ashadi Siregar

Novel ini bisa pula mengingatkan mereka bagaimana perang bisa membuat jalan hidup seseorang menjadi berubah ke arah yang tak diinginkan

Editor: Ari Nugroho
Gramedia.com
Halaman sampul novel "Menolak Ayah" karya Ashadi Siregar 

Dan, terakhir, Tondi, anak Pardomutua, seorang kenek bus antarkota, yang berusia remaja, bergabung dengan tentara perjuangan daerah, berperang melawan pemerintah pusat.

Jalan Hidup

Mengenai topik jalan hidup ini, secara khusus disampaikan oleh Ompu Silangit kepada cucunya Tondinihuta, dalam sebuah percakapan.

“Ingatlah apa yang kubilang hari ini, Tondi. Tidak setiap orangtua memberi petunjuk agar anak-anaknya mampu memilih jalan bagi dirinya. Ada yang merasa karena kaya lalu membuatkan jalan buat anaknya. Dengan memberikan harta, dia mengira anaknya akan dapat dengan mudah menjalani kehidupan ini. Itu tidak jaminan. Seluruh harta dunia itu belum tentu menjadi jalan ke tempat yang dituju. Di jalan itu mungkin saja si anak sebenarnya menghancurkan dirinya sendiri”. (hal. 72)

Jalan hidup merupakan pilihan pribadi.

Orangtua hanya memberikan petunjuk agar anaknya mampu memilih jalan bagi dirinya, begitu keyakinan pengarang novel ini.

Tapi perang bisa membuat segalanya menjadi berantakan.

Perang memaksa orang harus menjalani hidup yang sesungguhnya tidak disukai.

Bagi Tondi, “Ketika pemberontakan pecah, Pardapdap mengajaknya bergabung. Bukankah merupakan pilihan yang terbaik saat ini daripada terbenam dalam kubangan waktu dari hari ke hari, dari warung pisang goreng ibunya ke tempat perhentian bus?” (hal.21)

Baca: Tere Liye: Saya Belum Mikir Nerbitkan Novel Lagi. . .

“Bagi Pardapdap, perang dapat menjadi pintu bagi kehidupan yang berbeda. Sebelum kemerdekaan, dia seorang sopir truk. Menjadi tentara pada masa Jepang, dan setelah selesai perang dia mengikuti pendidikan ketentaraan sampai menjadi CPM, lalu bergabung dengan tentara pemberontak, tewas tertembak dalam sebuah pertempuran dengan tentara pusat, dikubur di sebuah kota kecil di dekat Sibolga.”

Perang bisa membuat Ompu Silangit terusir dari kampung halamannya, dari ruma bolon.

Perang bisa membuat Pardomutua meninggalan anak-istrinya, agama sukunya, Parmalim, menjadi Kristen, kemudian masuk Islam karena pernikahan.

Perang bisa mengubah seorang kenek bus menjadi tentara pemberontak.

Perang juga bisa menyatukan pihak-pihak yang semula berbeda kepentingan, seperti, polisi pemalak bus antarkota, tentara pemberang terhadap orang sipil, pegawai pemerintah sebagai pemeras penjaja kecil di kaki lima, yang bergabung bersama rakyat biasa dalam pasukan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia).

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved