Pendidikan
Kampus Didorong Hasilkan Riset Kesehatan untuk Industri Manufaktur
Peneliti di tingkat perguruan tinggi dinilai bisa berperan untuk mendorong kemampuan daya saing bangsa dalam bidang industri manufaktur.
Ia menerangkan selain di bidang kesehatan, pihaknya kini juga mendorong hilirisasi riset di bidang agro.
Satu di antaranya pengembangan industri pengolahan kakao di Kabupaten Batang,Jawa Tengah.
“Baru- baru ini menteri BUMN mengunjungi pabrik cokelat di batang jawa tengah yang rencananya akan diresmikan oleh Presiden. Kita tahu, selama ini bahan baku cokelat kita dari luar, kita balik kita ambil barang dari luar negeri, kita olah, lalu kita ekspor lagi,” katanya.
Prof Dr Ocky Karna Radjasa, M Sc, Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemrinstekdikti mengatakan tahun ini ada lebih 18 ribu periset mendapat pendanaan dari Kemenristekdikti.
Hingga tahun 2019,ada tiga tema riset yang diprioritaskan yakni pengembangan bahan pangan, pengembangan alat kesehatan, dan kemandirian obat.
“Tahun ini sudah dianggarkan Rp 220 M untuk riset di bidang kesehatan baik riset dasar, terapan dan pengembangan,” katanya.
Dra Engko Sosialine Magdalene, Apt, M Biomed, Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes, mengatakan pihaknya selalu mendorong peneliti untuk bermitra dengan industri.
“Selama ini penelitian untuk naik pankat, namun diarahkan hasil penelitian bisa dipasarkan dan dimanfaatkan kita memfasilitasi proses hilirisasi itu,” katanya.
Staf Ahli Bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Kementerian Perindustrian Dr Ir Imam Haryono,M Sc, mengatakan posisi ekonomi masuk peringkat 16 besar dengan 45 juta penduduk kelas menengah menurutnya merupakan potensi untuk didorong menopang industrialisasi.
Baca: UGM Bangun Sepuluh Gedung Baru
“Yang perlu didorong inovasi dan teknologhi industri kita masih sangat rendah, bagaimana meningkatkan daya saing kita dengan tingkat daya saing rendah,” katanya.
Menurutnya untuk meningkatkan kemampuan daya saing maka dalam periode selama 15 tahun ke depan menjadi masa keemasan bagi Indonesia untuk memanfaatkan bonus demografi.
Selain itu diperlukan pembentukan ekosistem inovasi melalui pengembangan sentra riset dan pengembangan oleh pemerintah, swasta, publik dan kampus.
“Selama ini kita belum ada center of excellent di bidang riset,” katanya.
Di sela kegiatan forum riset industri ini dilaksanakan penandatanganan nota kesepahaman bersama antara UGM dengan mitra industri yang bergerak di bidang kesehatan yakni PT Indoris Cipta Teknologi, PT Delta Systech Medika, PT Global Dispo Medika dan PT Global Promedika Service. (*)