Gunungkidul

Menengok KBA di Desa Wisata Kemuning di Gunungkidul

Dari keempat program integrasi tersebut, Desa Kemuning memang telah menjalankan dan dipadukan dengan potensi daerah setempat.

Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Yosef Leon Pinsker
Kebun desa setempat yang diolah oleh para warga. 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dulu Gunungkidul lebih sering dikenal karena alamnya yang tandus.

Seiring waktu, berkat sinergi dan kreativitas masyarakat, Pemerintah Daerah, dan pihak lain menjadikan Bumi Handayani kian dikenal luas sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di DIY.

Salah satu destinasi wisata yang bisa dikatakan bangkit dari 'lingkaran' itu adalah Desa Kemuning, Patuk, yang terletak di sebelah barat Gunungkidul.

Desa tersebut menawarkan sejumlah tempat yang bisa dikunjungi ketika berwisata.

Salah satunya adalah telaga kemuning yang banyak dijadikan sebagai tempat memancing maupun sekedar berkemah oleh para pengunjung.

Baca: Hujan Pertama Turun di Gunungkidul, Petani Mulai Garap Sawah

Desa Kemuning juga menjadi salah satu dari 77 Kampung Berseri Astra (KBA) yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara.

KBA Desa Kemuning dikembangkan pada 2016 silam dan merupakan bentuk Corporate Sosial Responsibility (CSR) Astra untuk menunjang wilayah desa yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah KBA.

Head of Corporate Communications PT Astra International Tbk, Boy Kelana Soebroto menyatakan, seleksi dalam pemilihan KBA di Desa Kemuning telah dilakukan sejak tiga tahun silam dan penentuan tersebut didasarkan pada beberapa kriteria.

Salah satunya adalah pada desa tersebut mesti ada motor penggerak yang mampu memberdayakan masyarakat setempat agar program yang dicanangkan dapat berjalan dengan baik.

"Astra disini perannya hanya sebagai fasilitator yang memberikan kail istilahnya, namun yang menjalankan dan menikmati hasilnya mestilah masyarakat itu sendiri," kata dia, pekan lalu di Desa Kemuning, Patuk, Gunungkidul.

Pada prinsipnya, lanjut dia, program yang diimplementasikan kepada masyarakat berbasis pada konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar program CSR, yakni Kesehatan, Lingkungan, Pendidikan, dan Kewirausahaan.

Baca: Program Baru Pit Express Satu Harga di Dealer Berlogo Astra Motor

"Kami buat begitu karena jika seseorang itu sudah sehat maka dia otomatis akan perduli terhadap lingkungannya yang kemudian akan diikuti pula dengan pendidikan serta produktivitas kinerjanya," tambah dia.

Dari keempat program integrasi tersebut, Desa Kemuning memang telah menjalankan dan dipadukan dengan potensi daerah setempat.

Kepala Desa Kemuning, Suhardi menuturkan, saat ini di wilayah tersebut telah terdapat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), bank sampah, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang memberdayakan lansia dan balita serta sentra Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Pada pilar pendidikan, kata Suhardi, perkembangannya terjadi cukup pesat.

Pertama kali dibangun, PAUD tersebut hanya bermodalkan kayu yang dikerjakan secara swadaya oleh warga setempat.

Kini PAUD Desa Kemuning telah direnovasi dengan bangunan semi permanen berlantaikan keramik, terdapat pula berbagai mainan untuk mendukung proses pembelajaran.

"Tiap tahun per semester dari siswa-siswi SD-SMA kita juga selalu mendapatkan beasiswa dari Astra, saat ini telah ada sejumlah 35 anak," kata Suhardi.

Bidang lingkungan pun juga dilakukan berbagai pelatihan saban bulan.

Dalam pelatihan diajarkan cara untuk memanfaatkan serta mengolah sampah guna dijadikan bahan pakan ternak seperti ikan, sapi, dan sebagainya.

Baca: 40 Siswa SMK Tampil di Ajang The 9th Astra Honda Skill Contest For Vocational School 2018

Sementara kesehatan, kader-kader Posyandu desa setempat juga dibekali pengetahuan oleh dokter dari UGM dan pegawai Puskesmas untuk bisa melaksanakan pemeriksaan kepada para lansia dan balita.

"Lalu di bidang kewirausahaan, dulu kita memang sudah punya produk seperti lempeng telo dan dodol pisang namun masih terbentur pada sisi pengemasan dan penjualan. Tapi sekarang produk kita sudah bisa mengimbangi produk-produk lain. Tahun ini kita juga akan membuat pasar apung yang juga akan dipasarkan disana," ujar Suhardi.

Kedepan, tambah Suhardi, dengan berbagai potensi setempat yang belum dimanfaatkan secara maksimal, pihaknya ingin mengembangkan wisata paketan pada desa Kemuning.

Desa yang terdiri dari 113 Kepala Keluarga, dengan 357 warga tersebut memang potensial untuk dijadikan sebagai pengembangan kawasan wisata.

Dengan sebagian besar warga yang berprofesi sebagai petani dan peternak regenerasi dari kaum muda bisa dikatakan kurang pada lapangan pekerjaan itu.

Dengan demikian, Suhardi optimistis, dengan memanfaatkan tenaga muda-mudi yang ada di Desa Kemuning, bukan tidak mungkin perekonomian warga setempat bisa bangkit ditahun-tahun mendatang.

Sementara itu, Kepala Bidang Industri dan Kelembagaan Pariwisata, Dinas Pariwisata Gunungkidul, Eli Martono menyebutkan, Desa Kemuning memang merupakan salah satu destinasi baru yang muncul di dunia pariwisata Gunungkidul.

Baca: Pemkab Gunungkidul Beri Penghargaan ke 50 Desa yang Tertib Bayar PBB

Untuk itu, kata dia, memang perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut agar akses ke wilayah tersebut bisa dibangun lebih baik.

Dunia pariwisata Gunungkidul yang berkembang semenjak 2010 lalu terus menunjukkan tren yang positif. Pada 2017 lalu terdapat tiga juta wisatawan yang berkunjung dengan pendapatan sebesar Rp28 miliar.

"Momentum wisatanya juga bertepatan dengan era sosial media yang semakin maju, sehingga mampu mendongkrak tingkat kunjungan," papar dia.

"Tahun ini, jika keadaan normal kami targetkan akan bisa menampung sebanyak 3,3 juta wisatawan yang akan berkunjung," tutupnya. (TRIBUNJOGJA.COM/Yosef Leon)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved