Pendidikan
Di Balik Kekurangannya, Mereka Memiliki Kelebihan Luar Biasa
Di Balik Kekurangannya, Mereka Memiliki Kelebihan Luar Biasa. Siswa SLB 1 Bantul Gelar Pentas Seni.
Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Hari Susmayanti
Laporan Reporter Tribun Jogja Noristera Pawestri
TRIBUNJOGJA.COM - "Kita semua anak istimewa, walaupun kita nggak sempurna, jangan pandang kami sebelah mata, karena kami luar biasa,"
Terdengar nyanyian dari sekelompok grup musik Pusat Layanan Keberbakatan DIY Bidang Seni Musik yang siang itu tampil di halaman SLB 1 Bantul, Kamis (1/11/2018).
Sambil diiringi alunan musik, mereka juga membawakan beberapa lagu lainnya, salah satunya Lagu Salam Bagi Sahabat milik Glenn Fredly.
Ada juga penampilan kelompok musik yang membawakan lagu-lagu keroncong lengkap diiringi alat musik biola, gitar, ukulele.
Baca: Mensesneg Pratikno Ajak Mahasiswa Bantu Negara Memerangi Hoax
Tak hanya menyuguhkan penampilan musik, acara Unjuk Prestasi Seni Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Bidang Seni ini juga menampilkan tarian, pameran lukis dan desain grafis.
Unjuk prestasi seni ini juga menampilkan beberapa tarian-tarian seperti Tari Gumregah Jogja, Tari Dagang Tani Dagang Layar, Tari Gendis Taruno dan Tari Sintren.
Sambil membawa wakul, para penari berlenggak-lenggok mengikuti alunan musik.
Para penari ini merupakan tunarungu dan tunagrahita dari Sekolah Inklusi dan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang telah dibina oleh Pusat Layanan Keterbakatan DIY.
Baca: Info Lowongan Kerja di Dua Perusahaan BUMN untuk Lulusan S1 dan S2, Cek di Sini
Tanpa mendengarkan musik, mereka menari dengan menggunakan konsep ketukan dan sistem oral dan muka.
"Kita menerapkan sistem oral dan muka, jadi menepati hitungan gerak," kata Instruktur Tari Pusat Layanan Keterbakatan DIY Bidang Tari, Ni Luh Putu.
Selama menari, tunagrahita akan mendengarkan irama musiknya, sementara tunarungu akan mengikutinya gerakannya.
"Tuna grahita yang mendengarkan musik, walaupun gerakannya kepontal-pontal, tapi mereka saling melengkapi," ucap dia.
Untuk koreografi tariannya pun para siswa yang membuat gerakan. Sedangkan instruktur hanya menyempurnakan saja.
"Mereka yang mencari gerakan, nanti kita tinggal menyempurnakan," lanjutnya
Untuk satu koreografi tarian, membutuhkan waktu selama tiga sampai empat bulan dengan durasi latihan dua kali dalam satu minggu.
"Kendalanya ketika mereka lagi males, lagi capek latihan, jadi gimana caranya kita harus menimbulkan semangat latihan," tuturnya. (tribunjogja)