Suriah
Cerita dari Damaskus - Tujuh Tahun Menghilang, Mi Instan Indonesia Kembali Sapa Warga Suriah
mi instan berlabel Indomie kembali menyapa warga Suriah. Mereka tampak sudah begitu rindu merasakan mi instan rebus maupun goreng
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Iwan Al Khasni
"Saya selalu bilang, saya sudah bertahun-tahun konsumsi mi ini, dan alhamdulillah masih sehat," kata Lion kepada sohib-sohib lokalnya di Damaskus. "Tentu saya ingatkan jangan mengonsumsi berlebihan dalam sehari," sambungnya.

Baca: Seorang Penjual Indomie di Nigeria Warungnya Laris Manis, Rupanya Ia Tambahkan Resep Rahasia
Baca: Indomie Dijual juga Lewat Situs Amazon, Ini Dia Kumpulan Testimoni Para Bule yang Beli
"Kata saya kepada mereka, segala sesuatu jika berlebihan muncul mudharatnya. Mereka manggut- manggut," ujar mahasiswa yang sudah tujuh tahun tak pulang ke Indonesia ini.
Lion Fikyanto termasuk salah seorang warga Indonesia yang bertahan di Damaskus selama perang brutal di negeri itu.
Ia jadi saksi mata hidup saat rudal-rudal AS dan sekutunya berjatuhan di sekitar Damaskus.
Kini, setelah tujuh tahun berlalu, perang di Suriah berangsur reda menyusul kemenangan demi kemenangan pasukan bersenjata Suriah yang dibantu Rusia. Situasi di Damaskus dan kota-kota sekitarnya mulai kondusif.
Ekonomi dan industri mulai bergerak dinamis. Terlebih setelah pintu perbatasan Suriah-Yordania di Daraa dibuka kembali pekan lalu. Arus barang dan perdagangan di antara kedua negara mulai mengalir.
Menurut Lion, praktis produk mi instan itu menghilang dari pasar Suriah sejak 2014. Impor tidak ada karena sangat memakan biaya. Ia berseloroh, ketiadaan Indomie membuat umat penggemarnya begitu merana.
"Kesedihan dan kerinduan akan Indomie pun tampak di wajah-wajah para jomblowan/jomblowati, pelajar Indonesia di Damaskus. Mendapatkan Indomie dari tanah air, bahagianya melebihi mendapatkan apapun hahahaha!" kelakar fans berat klub Borrusia Dortmund ini. (Tribunjogja.com/xna)