Gunungkidul
Kisah Penyintas Bunuh Diri Asal Gunungkidul, Bersyukur Dapat Kesempatan Kedua untuk Nafkahi Anak
Besarnya biaya untuk kontrol ke rumah sakit setelah kaki diamputasi membuatnya putus asa dan berpikir bahwa jalan satu-satunya adalah bunuh diri.
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Gaya Lufityanti
Sementara itu Kapolres Gunungkidul, AKBP Ahmad Fuady mengatakan, saat ini untuk gerakan penanggulangan bunuh diri di Gunungkidul bergabung dengan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.
"Dari Polres Gunungkidul telah bergabung dengan Pemkab Gunungkidul, yaitu tergabung dalam Satgas berani hidup. Tidak hanya polres saja tetapi Kodim juga tergabung di dalamnya," ujarnya.
Ahmad menuturkan saat ini pihaknya bersama satgas berani hidup tengah berusaha untuk menekan angka bunuh diri di Gunungkidul.
"Tahun 2016 sebanyak 33 kasus, lalu tahun 2017 ada 37 kasus, saat bulan Oktober kali ini ada 21 kasus. Kami tetap berusaha untuk menekan angka bunuh diri," katanya.
Pihak kepolisian juga mengadakan himbauan-himbauan kepada masyarakat Gunungkidul agar tidak melakukan bunuh diri.
"Kami melalui Babinkamtibmas selalu menghimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan bunuh diri, selain itu juga melakukan penyuluhan-penyuluhan di masyarakat," terangnya.
Dengan adanya program dari pihak kepolisian terkait dengan penanggulangan bunuh diri, hingga saat ini program tersebut dinilai sudah berjalan dengan baik.
"Target kami di bawah tahun lalu hingga saat ini ada 21 kasus, kami terus menekan semoga hingga akhir tahun tidak bertambah lagi," tutupnya. (*)