Bantul

Redam Radikalisme dan Terorisme dengan Kearifan Lokal

Tindakan seperti militansi, ekstrimisme, hingga eksklusifisme di DIY dinilai pada level sedang ke bawah.

Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Amalia Nurul
Ketua FKPT DIY Muhtasar Syamsuddin mengungkapkan radikalisme dapat diredam dengan kearifan lokal, Senin (8/10/2018) siang. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Kearifan lokal dapat menjadi peredam paham radikal dan terorisme.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme DIY, Muhtasar Syamsuddin.

Baca: Perangi Radikalisme dan Terorisme, FPTI DIY Gandeng Pegiat Media Sosial

Menurutnya tindakan seperti militansi, ekstrimisme, hingga eksklusifisme di DIY dinilai pada level sedang ke bawah.

DIY dengan kearifan lokalnya dinilai mampu meredam segala aktivitas tersebut.

"Di penelitian kami yang ketiga, menjadi patut syukuri bahwa budaya di Yogyakarta sangat berperan untuk mencegah pengaruh radikalisme," ujarnya, Senin (6/10/2018) siang di Grhatama Pustaka.

"Ini bisa mencegah tindakan militansi, eksklusifisme, dan eksrrimisme. Hal seperti itu tidak kondusif untuk tumbuh di Yogyakarta," kata dia.

Selain itu, kondisi masyarakat DIY yang toleran juga dinilai berperan penting untuk pencegahan tersebut.

"Masyarakat Yogyakarta sangat toleran dan menghargai perbedaan. Jadi bisa meredam tindakan seperti itu," ungkapnya di sela kegiatan workshop pembuatan video pendek bagi pelajar SMA dan SMK se-DIY bertema toleransi ini.

Meski demikian, menurutnya, tiap daerah memiliki potensi munculnya paham radikal.

"Tiap daerah potensi itu ada. Hanya saja sejauh mana dan tingkat bahayanya itu berbeda-beda," paparnya.

Namun pihaknya tetap yakin bahwa DIY dilihat secara kultur dapat meredam munculnga tindakan-tindakan tersebut.

"Meski ada nilai-nilai yang mengarah ke sana, dengan adanya kearifan lokal jadi tidak mempercepat perkembangannya," ucapnya.

Hal serupa diungkapkan oleh Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Andi Intang Dulung.

"Dikuatkan dengan kearifan lokal masing-masing. Karena setiap daerah memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda," jelasnya pada Tribunjogja.com.

Baca: Cegah Terorisme, Wabup Sleman Ingin Siskamping Dihidupkan Kembali

Aktivitas Politik Juga Rawan

Sisi lain, menghadapi tahun politik, Muhtasar juga menyampaikan bahwa benih-benih radikal ini sebagian besar dapat muncul dari aktivitas politik.

"Kami mengimbau masyarakat, aktivis, maupun praktisi politik untuk tidak memanfaatkan situasi untuk membangun eksklusifitas ataupun militansi," kata dia.

Terlebih untuk eksklusifitas atau militansi yang mengatasnamakan agama.

"Jangan manfaatkan masyarakat untuk membangun itu. Tidak pelu menggunakan dalih agama," tuturnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved