Rela Berjibaku dengan Berbagai Macam Sampah di Sungai, Ini Cerita Suka dan Duka Ulu-ulu di Jogja

Setiap hari petugas kebersihan harus berjibaku dengan sampah. Ulu-ulu atau petugas kebersihan sungai Jogja ini menceritakan suka-dukanya

Ist
Ulu-ulu atau petugas kebersihan sungai di Yogyakarta 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA- Selama ini masyarakat menilai menjaga kebersihan lingkungan adalah tanggungjawab petugas kebersihan. Tak banyak yang tahu pula, bahwa menjadi petugas kebersihan bukanlah hal yang mudah.

Setiap hari petugas kebersihan harus berjibaku dengan sampah. Sampah apa saja, mulai dari plastik, sisa makanan,bangkai binatang, dan lain-lain. Menjijikan bukan?

Hal itulah yang dirasakan oleh Ariyanto, petugas ulu-ulu. Ulu-ulu adalah petugas kebersihan sungai dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta.

Pria 46 tahun itu tak menampik bahwa ia jijik saat pertama kali terjun ke sungai, 2016 lalu.

Baca: Remaja Ini Berhasil Ciptakan Plastik Ramah Lingkungan dari Udang

Baca: Warung Kebon Ndhelik Wijaya Kusuma, Restoran dengan Konsep Ramah Lingkungan

"Saat pertama kali babat alas itu sangat jijik. Siapapun pasti jijik kalau lihat sampah. Bahkan dulu sampah itu bisa diinjak lho, karena saking banyaknya.

Dulu ya pegangnya iting-iting (memegang hanya dengan jempol dan telunjuk),"kenang Ari saat ditemui di basecamp Kali Code Senin (24/9/2018).

Mengapa mau menjadi ulu-ulu? Itulah pertanyaan yang mungkin paling sering ditanyakan.

Menurut Ari, pekerjaan ulu-ulu saat itu adalah pekerjaan yang paling mungkin ia lakukan. Sebagai kepala rumah tangga, tentu ia bertanggungjawab untuk mencari nafkah.

"Jadi dulu DLH membuka lowongan pekerjaan untuk ulu-ulu. Lalu saya mendaftar. Untuk saat itu ya cuma jadi ulu-ulu yang saya bisa.

Supaya dapat rejeki yangg halal. Kami ini tidak membuat sungai jadi lebih baik, kami hanya menjaga supaya tidak jadi lebih buruk" ungkapnya.

Ari bukanlah satu-satunya Ulu-ulu yang bertugas di Kali Code. Ada 9 orang lain yang setiap pukul 08.00 siap terjun ke sungai sepanjang 8km yang mencakup 14 Kelurahan.

Kerja halal

Tak jauh berbeda dengan Ari, petugas ulu-ulu lain, Ivan Sapari (36) pun menjadi ulu-ulu karena ingin mendapatkan rejeki yang halal.

Meski awalnya juga merasa jijik, namun lambat laun sampah justru menjadi hiburan tersendiri baginya.

"Ya dulu sama, jijik juga. Tetapi sekarang malah jadi bahan candaan, misalnya dengan sampah yang kita temui.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved