Yogyakarta

Sambut Tahun Baru Jawa, Lampah Budaya Mubeng Benteng Digelar Malam Ini

Mubeng Benteng tidak hanya sekedar memutari benteng, namun peserta tidak diizinkan untuk berbicara atau topo bisu.

Penulis: Siti Umaiyah | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Siti Umaiyah
Abdi dalem sedang menggelar ritual macapat sebelum Mubeng Benteng dilakukan, Selasa (11/9/2018). 

TRIBUNJOGJA.COM - Sambut datangnya Tahun Baru Jawa, 1 Surya 1952 Be, Selasa Wage, 11 September 2018, Paguyuban Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menyelenggarakan Lampah Budaya Mubeng Benteng.

Rangkaian kegiatan tersebut dimulai dari Kagungan Dalem Ponconiti Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dimulai pada pukul 20.00 WIB.

Baca: Lampah Budaya Mubeng Beteng, Polresta Yogyakarta Terjunkan 200 personel

Kemudian, pada pukul 00.00 WIB pada Rabu Kliwon dini hari rombongan peserta Lampah Budaya Mubeng Benteng dilepas setelah adanya bunyi lonceng di Kraton.

Untuk tahun 2018 ini pelaksanaan Mubeng Benteng memang tidak bersamaan dengan 1 Muharam, hal tersebut karena berdasarkan perhitungan kalender Jawa Sultan Agungan, 1 Surya 1952 Be jatuh pada hari Rabu, tanggal 12 September 2018.

KRT Wijoyo Pamungkas, Carik Tepas Ndwara Pura, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengatakan jika Mubeng Benteng tidak hanya sekedar memutari benteng, namun peserta tidak diizinkan untuk berbicara atau topo bisu.

"Selama jalan Mubeng Benteng disamping tidak boleh ngomong, bercanda, marah maupun berbicara negatif. Nanti juga hanya berdoa kepada Allah. Meminta agar di tahun politik bisa berjalan dengan lancar sesuai dengan undang-undang," terangnya.

Mengenai peserta, KRT Wijoyo Pamungkas mengungkapkan sekitar 5 ribu yang diikuti selain oleh abdi dalem, masyarakat Yogyakarta, juga dari berbagai daerah di Indonesia

Dia mengungkapkan untuk kriteria pakaian, abdi dalem diwajibkan menggunakan pakaian peranakan abdi dalem, sedangkan untuk masyarakat juga harus sopan.

"Peserta selain dari Yogyakarta, juga dari Magelang, Semarang, Cirebon, dan yang lainnya. Kalau tahun kemarin juga ada turis yang ikut. Nanti jalannya sekitar 5 kilometer. Nanti peserta dilepas oleh Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi dan sebelumnya ada pengarahan dari Pengageng," terangnya.

KRT Wijoyo Pamungkas berharap dengan diadakannya ritual ini, kedepan dalam menghadapi tahun politik, masyarakat Indonesia bisa memposisikan diri masing-masing dan tidak ada gejolak yang bisa menimbulkan perpecahan.

Baca: Lampah Mubeng Beteng, Sejumlah Bendera Ikut Diarak. Ini Maksutnya

"Jangan ada gejolak atau tindakan yang kurang terpuji. Kita jaga persatuan dan kesatuan, tujuan mubeng Benteng ini adalah mencari sesuatu yang baik dan menghindari yang jelek," katanya.

Sementara itu, Nur (53) warga Srandakan, Bantul mengatakan jika setiap tahunnya dia bersama istrinya rutin mengikuti ritual ngalap berkah sebelum Mubeng Benteng.

Menurutnya, ritual ini merupakan sesuatu yang harus dijaga dan dilestarikan.

"Setiap tahun kesini. Berdua saja, anak cucu tidak ikut. Harapannya biar tentram dan negara juga semakin maju. Jangan sampai ada perpecahan di tahun politik ini," katanya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved