Kota Yogyakarta

Kendaraan Semakin Padat, VC Ratio di Kota Yogya Capai 0,9

Promosi pariwisata di Kota Yogyakarta sangat berhasil, berakibat bertambahnya volume kendaraan.

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Bramasto Adhy
Kondisi lalu lintas padat merayap di Jalan Letkol Subadri, Yogyakarta, Selasa (4/9/2018). Sejumlah ruas jalan di Kota Yogyakarta selalu mengalami kepadatan lalu lintas di jam-jam tertentu. 

Sementara untuk roda empat, tahun 2016 tercatat 12.746, dan meningkat tajam pada tahun 2017, yaitu 56.647.

"Kalau di Kota Yogyakarta tidak bisa dilakukan, karena kan sempit. Kita kan tidak ingin ada penumpukan itu, makanya Dishub membuat kebijakan. Misalnya membuat rekayasa lalu lintas seperti menerapkan jalan satu arah, lalu normalisasi simpang, lalu mengatur durasi Apill," terangnya

Upaya untuk mengurai bukan hanya dilakukan oleh Dishub Kota Yogyakarta saja, tetapi juga oleh Satlantas Polresta Yogyakarta.

Kasat Lantas Polresta Yogyakarta, Kompol Dwi Praseto mengatakan setiap hari seluruh personel bertugas mengamankan lalu lintas.

"Ada 27 pos, 13 dari Satlantas Polresta dan 14 dari Unit Lantas Polsek. Untuk memperlancar lalulintas, semua personel diturunkan setiap pagi dan sore. Estimasi kepadatan itu pukul 06.00 hingga 09.00 dan pukul 15.00 hingga 17.30," katanya.

Khusus untuk weekend, Satlantas Polresta juga menggelar perkuatan, terutama akses menuju Malioboro.

Baca: Waktu Libur yang Beragam Minimalisir Kemacetan saat Arus Balik

Dwi menjelaskan, selama ini daerah yang rawan kemacetan adalah jalur Utara, meliputu Jalan Gejayan, Urip Sumoharjo, Sudirman, Margo Utomo, Pasar Kembang, Kemetiran, Senopati, Ahmad Dahlan, dan Katamso.

"Rekayasa yang dilakukan sudah maksimal. Kita masang water barier di sejumlah tempat. Kita pasang devider juga di Jalan Abu Bakar Ali. Lalu kita bikin rekayasa juga di Jalan Suroto,"jelasnya.

"Kepadatan itu kan karena kendaraanya bertambah, sementara kondisi jalan tetap. Yang menghambat itu kalau parkir liar. Seperti di ABA itu kan ada deviedr, itu kan supaya tidak muter sembarangan, yang mengakibatkan penumpukan. Makanya harus muteri Kridosono dulu," tutupnya.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved