Kota Yogyakarta
Kendaraan Semakin Padat, VC Ratio di Kota Yogya Capai 0,9
Promosi pariwisata di Kota Yogyakarta sangat berhasil, berakibat bertambahnya volume kendaraan.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Calon Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Lalu lintas di Kota Yogyakarta semakin padat.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Golkari Made Yulianto mengatakan rata-rata VC ratio (angka kepadatan lalu lintas) di Kota Yogyakarta sekitar 0,8.
Ia melanjutkan, angka aman untuk VC ratio adalah sekitar 0,75 hingga 0,8.
Baca: Menhub: Jalan Tol Yogya-Solo Dapat Menjadi Solusi Pengurai Kemacetan
Menurutnya dengan angka tersebut, kendaraan bisa berjalan dengan pelan.
"VC ratio setiap ruas jalan beda-beda. Kalau di Kota Yogyakarta rata-rata masih di 0,7 sampai 0,8. Kalau mendekati angka 0,9, ada gangguan sedikit saja sudah bisa membuat penumpukan kendaraan," kata Yulianto pada Tribunjogja.com, Selasa (4/9/2018).
"Ada beberapa ruas jalan memang yang mendekati 0,9. Misal di Jalan Sutomo, Jalan Sudirman, Jalan Kusumanegara, Margoutomo, Jalan Senopati, Jalan KH Ahmad Dahlan. Itu VC ratio mendekati 0,9. Kalau dari Tugu sampai Simpang Jetis itu malah hampir 1," ungkapnya.
Tak dapat dipungkiri bahwa VC Ratio di kota Yogyakarta semakin meningkat.
Hal itu disebabkan karena meningkatnya volume kendaraan, sementara kondisi jalan tidak berkembang.
Ditambah lagi promosi pariwisata di Kota Yogyakarta sangat berhasil, hal tersebut tentunya akan menambah volume kendaraan.
Idealnya, terang Yulianto untuk mengatasi penambahan volume kendaraan adalah dengan penambahan kapasitas jalan.
Penambahan bisa dengan pelebaran jalan atau membuat jalan baru.
Namun hal itu tidak bisa dilaksanakan di kota Yogyakarta.
Menurut data dari Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, jumlah kendaraan roda dua tahun 2016 sejumlah 71.566.
Angka tersebut meningkat drastis di tahun 2017 yaitu 222.915.
Sementara untuk roda empat, tahun 2016 tercatat 12.746, dan meningkat tajam pada tahun 2017, yaitu 56.647.
"Kalau di Kota Yogyakarta tidak bisa dilakukan, karena kan sempit. Kita kan tidak ingin ada penumpukan itu, makanya Dishub membuat kebijakan. Misalnya membuat rekayasa lalu lintas seperti menerapkan jalan satu arah, lalu normalisasi simpang, lalu mengatur durasi Apill," terangnya
Upaya untuk mengurai bukan hanya dilakukan oleh Dishub Kota Yogyakarta saja, tetapi juga oleh Satlantas Polresta Yogyakarta.
Kasat Lantas Polresta Yogyakarta, Kompol Dwi Praseto mengatakan setiap hari seluruh personel bertugas mengamankan lalu lintas.
"Ada 27 pos, 13 dari Satlantas Polresta dan 14 dari Unit Lantas Polsek. Untuk memperlancar lalulintas, semua personel diturunkan setiap pagi dan sore. Estimasi kepadatan itu pukul 06.00 hingga 09.00 dan pukul 15.00 hingga 17.30," katanya.
Khusus untuk weekend, Satlantas Polresta juga menggelar perkuatan, terutama akses menuju Malioboro.
Baca: Waktu Libur yang Beragam Minimalisir Kemacetan saat Arus Balik
Dwi menjelaskan, selama ini daerah yang rawan kemacetan adalah jalur Utara, meliputu Jalan Gejayan, Urip Sumoharjo, Sudirman, Margo Utomo, Pasar Kembang, Kemetiran, Senopati, Ahmad Dahlan, dan Katamso.
"Rekayasa yang dilakukan sudah maksimal. Kita masang water barier di sejumlah tempat. Kita pasang devider juga di Jalan Abu Bakar Ali. Lalu kita bikin rekayasa juga di Jalan Suroto,"jelasnya.
"Kepadatan itu kan karena kendaraanya bertambah, sementara kondisi jalan tetap. Yang menghambat itu kalau parkir liar. Seperti di ABA itu kan ada deviedr, itu kan supaya tidak muter sembarangan, yang mengakibatkan penumpukan. Makanya harus muteri Kridosono dulu," tutupnya.