EKSKLUSIF THE LOST GANESHA
Ganesha, Simbol Pengetahuan dan Penyingkir Bahaya
Kitab Siwa Purana dan cerita yang dipercaya para pengikut Siwa menyebutkan, Ganesha ini anak Dewi Parwati, istri Dewa Siwa.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Muhammad Fatoni
Pastinya, ketika tim Puslit Arkenas meneliti Candi Sari Sorogedug (Candi Barong) pada 1985, arca Ganesha itu sudah terjungkal.

Sedangkan arca Siwa Mahadewa sudah tidak disebut lagi. Kegelapan mewarnai riwayat arca Ganesha raksasa itu selama berpuluh-puluh tahun, yaitu sejak terjatuh ke jurang akibat bencana tanah bergerak dan longsor di lokasi itu pada 1955.
Melihat ukurannya yang tidak lazim dan spektakuler, muncul dugaan keberadaan arca di lokasi itu memang spesial.
Kemungkinan lokasi itu dipakai secara khusus oleh kalangan sekte pemuja Ganesha pada masa kuno dulu.
Ganesha muncul sebagai dewa tertentu dengan wujud yang khas pada abad ke-4 sampai abad ke-5 Masehi, selama periode Gupta, meskipun ia mewarisi sifat-sifat pelopornya pada zaman Weda dan pra-Weda.
Ketenarannya naik cepat. Dikutip dari artikel Ganesha di Wikipedia, ia dimasukkan di antara lima dewa utama dalam ajaran Smarta (sebuah denominasi Hindu) pada abad ke-9.
Baca: Lihat Ukurannya! The Lost Ganesha Ditemukan Terjungkal ke Lereng Tebing di Prambanan
Baca: Komunitas Bebersih di Lokasi The Lost Ganesha Sambirejo
Sekte para pemujanya yang disebut Ganapatya, yang menganggap Ganesha sebagai dewa yang utama, muncul selama periode itu.
Kitab utama yang didedikasikan untuk Ganesha adalah Ganesapurana, Mudgalapurana, dan Ganapati Atharwashirsa.
Tak hanya di kalangan HIndu Siwa, Ganesha juga muncul dalam khasanah kebudayaan Buddha Mahayana mewujud dalam sosok Dewa Vinayaka dan raksasa dengan nama yang sama.
Sebagai Vinayaka, ia seringkali digambarkan sedang menari.
Wujud ini, disebut Ntta Ganapati, dan termasyhur di wilayah India Utara, kemudian diadopsi di Nepal, lalu di Tibet.

Nah, siapakah sesungguhnya Ganesha raksasa di jurang Gunungsari? Betulkah ia dibikin sekte khusus pemujanya?
Ataukah ia bagian dari komplek kuil pemujaan Siwa, karena di lokasi yang berdekatan ada arca Agastya, dan dulu ada arca Siwa Mahadewa setinggi 2,6 meter. Jika iya, mestinya juga ada arca Dewi Durga. Semoga para ahli menguak misteri dari Situs Gupolo ini.(Setya Krisna Sumarga)