EKSKLUSIF THE LOST GANESHA

Ganesha, Simbol Pengetahuan dan Penyingkir Bahaya

Kitab Siwa Purana dan cerita yang dipercaya para pengikut Siwa menyebutkan, Ganesha ini anak Dewi Parwati, istri Dewa Siwa.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo
Arca Ganesha raksasa yang ditemukan di Sambirejo, Prambanan, Sleman pada Rabu(15/8/2018) 

TRIBUNJOGJA.COM - Saksi hidup mengatakan, letak arca Ganesha super jumbo di komplek situs kuno Gunungsari, Sambirejo, Prambanan ada di atas sebuah mata air, sebelum terjungkal ke jurang.

Ia diletakkan betul-betul di dekat tebing curam yang sangat berbahaya.

Siapakah Ganesha?

Kitab Siwa Purana dan cerita yang dipercaya para pengikut Siwa menyebutkan, Ganesha ini anak Dewi Parwati, istri Dewa Siwa.

Suatu ketika, Parwati ingin mandi, namun tak ingin ada yang mengganggu, maka disuruhlah Ganesha menjaga.

Siwa datang dan ingin masuk rumahnya, namun dicegah Ganesha. Terjadilah perkelahian. Siwa memenggal kepala Ganesha dengan trisulanya.

Tewaslah putra Parwati ini. Seusai mandi, Parwati mendapati anaknya tak bernyawa. 

Marahlah ia. Parwati meminta Siwa menghidupkan kembali anaknya. Siwa menemui Brahma, dan ia disuruh mencari hewan apapun yang pertama kali ditemui, dan diambil kepalanya. Siwa menyuruh Gana melakukan tugas itu.

Baca: Menilik Bekas-bekas Kampung Gepolo Prambanan, Lokasi Temuan The Lost Ganesha Raksasa

Baca: Kisah di Balik Penemuan The Lost Ganesha dan Lenyapnya Kampung Gepolo di Prambanan

Baca: Licinnya Formasi Semilir yang Mengalasi Wilayah Sambirejo Prambanan Sleman

Akhirnya gajah lah yang pertama kali ditemui Gana. Gajah itu melawan saat akan dipenggal, hingga gadingnya patah. 

Kepala gajah itulah yang kemudian disambung dengan tubuh Ganesha, dan ia kembali dihidupkan. 

Kisah lain menyebut Ganesha adalah Vighneswara, putra yang lahir dari rahim Parwati, yang kepalanya jadi abu saat dipandang Dewa Sani. Dewa Brahma menghidupkan kembali, menggantinya dengan kepala gajah. 

Versi lain masih ada. Namun secara umum, semua pengikut Hindu dari berbagai sekte memuja Ganesha.

Ia menjadi sosok yang sangat penting, yang selalu ada di setiap ruang pemujaan keagamaan mereka. 

Arca Ganesha yang Hilang ditemukan kembali di lereng jurang di Prambanan
Arca Ganesha yang Hilang ditemukan kembali di lereng jurang di Prambanan (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumargo)

Ganesha sangat dikagumi para pakar ikonografi karena bentuk, gaya seni, serta langgamnya yang beraneka ragam.

Namun pada dasarnya, ciri utama Ganesha yaitu belalai yang sedang menghisap isi mangkuk yang ada di tangannya. 

Mangkuk atau cawan di tangan Ganesha dipercaya cairan ilmu pengetahuan yang tak akan habis walaupun dihisap terus menerus.

Hal ini dimungkinkan sebagai perlambang ilmu pengetahuan tidak akan habis apabila dipelajari terus menerus. 

Baca: Penuturan Saksi Hidup Terjungkalnya Arca Ganesha ke Jurang Setengah Abad Lalu

Baca: The Lost Ganesha Terjungkal saat Longsor Tahun 1955

Ciri lain, tangan ketiga Ganesha menggenggam kapak, dan keempat memegang tangkai bunga. Selain diyakini sebagai dewa pengetahuan, Ganesha juga dianggap penyingkir rintangan fisik maupun magis. 

Karena itu arca Ganesha kerap ditemukan atau ditempatkan di lokasi-lokasi berbahaya seperti di tebing, jurang dan lain-lain.

Penempatan Ganesha itu sebagai penanda lokasi itu rawan bencana serta sebagai perlambang keselamatan. 

Pemujaan Dewa Ganeha disebut juga Ganapatya. Ganesha memiliki nama lain yaitu Ganapati yang berarti pemimpin dari para Gana. Gana merupakan makhluk kahyangan yang bertugas mengawal Dewa Siwa. 

Nama lain dari Ganesha di antaranya Ekadanta (hanya memiliki satu gading), Lambodara (berperut gendut), Vighneswara (penyingkir rintangan), dan Haremba (bertangan delapan).

Kita belum tahu secara persis seperti apa rupa arca Ganesha raksasa di jurang Gunungsari. 

Arca super jumbo sosok Ganesha itu ditemukan terjungkal dan tertahan di lereng jurang di sisi selatan atau barat daya situs Gupolo atau Agastya berukuran jumbo juga
Arca super jumbo sosok Ganesha itu ditemukan terjungkal dan tertahan di lereng jurang di sisi selatan atau barat daya situs Gupolo atau Agastya berukuran jumbo juga (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumargo)

Hanya dilihat dari cerita lama terkait posisi atau penempatan arca tersebut, didapati keterangan memang dulu ada di lokasi sangat dekat dengan tebing atau jurang. Arca super besar itu diletakkan di atas belik atau mata air, seolah menumpang.

"Orang dulu tahunya itu Watu Lumpang, karena posisinya menumpang di atas mata air," kata Ngatijo, pamong desa paling senior di Desa Sambirejo.

Sumber inilah salah seorang saksi hidup tersisa yang masih sempat melihat Ganesha itu sebelum terjatuh ke jurang pada 1955.

Ngatijo yang semasa kecil kerap memanjat arca raksasa itu tidak mudah membuka ingatan mendetailnya terkait rupa wajah arca itu. Ia hanya ingat, sosok arca itu duduk bersila, perutnya gendut.

"Rupa kepala saya capet-capet, tapi memang bukan seperti kepala manusia," katanya.

Catatan lama Belanda oleh IJzerman ada 1891 masih menyebut keberadaan arca Ganesha besar itu berada di lokasinya di situs yang kini dikenal dengan sebutan Situs Gupolo. Juga disebut keberadaan arca Siwa Mahadewa berukuran tinggi sekitar 2,6 meter.

Tapi tidak disebutkan apakah arca Siwa Mahadewa itu berdekatan dengan arca Ganesha, atau di lokasi lain.

Pastinya, ketika tim Puslit Arkenas meneliti Candi Sari Sorogedug (Candi Barong) pada 1985, arca Ganesha itu sudah terjungkal.

Arca Ganesha ini ditemukan saat anggota komunitas Kandang Kebo
Arca Ganesha ini ditemukan saat anggota komunitas Kandang Kebo "blusukan" ke situs Gupolo di Dusun Gunungsari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman. (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumargo)

Sedangkan arca Siwa Mahadewa sudah tidak disebut lagi. Kegelapan mewarnai riwayat arca Ganesha raksasa itu selama berpuluh-puluh tahun, yaitu sejak terjatuh ke jurang akibat bencana tanah bergerak dan longsor di lokasi itu pada 1955.

Melihat ukurannya yang tidak lazim dan spektakuler, muncul dugaan keberadaan arca di lokasi itu memang spesial.

Kemungkinan lokasi itu dipakai secara khusus oleh kalangan sekte pemuja Ganesha pada masa kuno dulu. 

Ganesha muncul sebagai dewa tertentu dengan wujud yang khas pada abad ke-4 sampai abad ke-5 Masehi, selama periode Gupta, meskipun ia mewarisi sifat-sifat pelopornya pada zaman Weda dan pra-Weda.

Ketenarannya naik cepat. Dikutip dari artikel Ganesha di Wikipedia, ia dimasukkan di antara lima dewa utama dalam ajaran Smarta (sebuah denominasi Hindu) pada abad ke-9. 

Baca: Lihat Ukurannya! The Lost Ganesha Ditemukan Terjungkal ke Lereng Tebing di Prambanan

Baca: Komunitas Bebersih di Lokasi The Lost Ganesha Sambirejo

Sekte para pemujanya yang disebut Ganapatya, yang menganggap Ganesha sebagai dewa yang utama, muncul selama periode itu.

Kitab utama yang didedikasikan untuk Ganesha adalah Ganesapurana, Mudgalapurana, dan Ganapati Atharwashirsa.

Tak hanya di kalangan HIndu Siwa, Ganesha juga muncul dalam khasanah kebudayaan Buddha Mahayana mewujud dalam sosok Dewa Vinayaka dan raksasa dengan nama yang sama.

Sebagai Vinayaka, ia seringkali digambarkan sedang menari. 

Wujud ini, disebut Ntta Ganapati, dan termasyhur di wilayah India Utara, kemudian diadopsi di Nepal, lalu di Tibet.

Penemuan arca Ganesha raksasa di Sambirejo, Prambanan, Sleman
Penemuan arca Ganesha raksasa di Sambirejo, Prambanan, Sleman (Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo)

Nah, siapakah sesungguhnya Ganesha raksasa di jurang Gunungsari? Betulkah ia dibikin sekte khusus pemujanya?

Ataukah ia bagian dari komplek kuil pemujaan Siwa, karena di lokasi yang berdekatan ada arca Agastya, dan dulu ada arca Siwa Mahadewa setinggi 2,6 meter. Jika iya, mestinya juga ada arca Dewi Durga. Semoga para ahli menguak misteri dari Situs Gupolo ini.(Setya Krisna Sumarga) 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved