EKSKLUSIF THE LOST GANESHA
Licinnya Formasi Semilir yang Mengalasi Wilayah Sambirejo Prambanan Sleman
Jenis batuannya berasal dari sedimentasi material piroklastik gunung berapi purba yang membentuk Formasi Semilir.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM - Wilayah berbukit Sambirejo, Prambanan, menyimpan potensi alam besar dan panorama yang cantik.
Namun di baliknya mengintai bahaya tak kalah mengerikan.
Tanah bergerak membuat satu kampung lenyap pada 1955.
Hasil penelitian Mohammad Rizki Legi Hartono dari Geologi UGM menunjukkan blok besar batuan yang menopang permukaan kawasan Desa Sambirejo dan sekitarnya berusia sangat tua. Diperkirakan terbentuk antara 36-33 juta tahun lalu.
Jenis batuannya berasal dari sedimentasi material piroklastik gunung berapi purba yang membentuk Formasi Semilir.
Berjuta tahun lalu, pengendapan material letusan gunung berapi itu terjadi di lingkungan laut Neritik masa Miosen Awal.

Laporan penelitian yang dilakukan Lutfia Fajria, mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta, menunjukkan wilayah Sambirejo ada di zona merah. Sangat rawan bencana alam.
Sebanyak 43,45 persen wilayah Desa Sambirejo masuk kategori kerawanan tinggi bencana alam, tanah bergerak maupun longsor.
Secara umum, menurut data penelitian Lutfia Fajaria ini, 58 persen wilayah Kecamatan Prambanan terdiri tanah berombak hingga perbukitan.
Baca: Menilik Bekas-bekas Kampung Gepolo Prambanan, Lokasi Temuan The Lost Ganesha Raksasa
Baca: Kisah di Balik Penemuan The Lost Ganesha dan Lenyapnya Kampung Gepolo di Prambanan
Dideskripsikan, bencana tanah longsor atau tanah bergerak di kawasan perbukitan Prambanan, termasuk wilayah Desa Sambirejo, terjadi ketika tanah merekah saat kering.
Saat musim hujan tiba, air masuk ke rekahan-rekahan tanah tersebut.
Air yang memenuhi rekahan-rekahan tanah itu membuat tanah di permukaan lereng-lereng bukit mengembang dan jenuh air.
Beban permukaan pun bertambah berat dan tidak stabil. Jika kemudian terdapat bidang luncur tanah, maka terjadilah longsor atau tanah bergerak.
Dilihat dari ciri-ciri dan perilaku seperti ini, maka petaka inilah yang kemungkinan besar terjadi pada lahan di Kampung Gepolo, 63 tahun lalu.
Tanah bergerak meluncur di permukaan blok batuan yang licin, longsor, dan permukiman itupun ditinggalkan penduduknya.
