Bantul
Kreatif! Warga Bantul Bikin Dawet dari Daun Pisang
Muryati (46) warga Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul berinovasi cukup kreatif dengan membuat olahan dawet dari daun pisang.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL- Dawet pada umumnya adalah minuman berupa buliran cendol yang disantap dengan campuran es parut, gula merah dan santan kelapa.
Dawet umumnya terbuat dari tepung beras ataupun tepung ketan, dengan rasa gurih dan manis.
Sedikit berbeda dengan dawet pada umumnya, Muryati (46) warga Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul berinovasi cukup kreatif dengan membuat olahan dawet dari daun pisang.
Baca: Mbah Pur Senang Pisangnya Seharga Rp 300 Ribu Dibeli Jokowi
Ketika ditemui Tribunjogja.com di sebuah bazar di depan Stadion Sultan Agung, Mur, sapaan akrab Muryati bercerita, awal mula mengolah aneka makanan dari pohon pisang bermula dari tahun 2011 silam.
"Awalnya saya buat keripik pisang. Saya memang suka mengolah makanan berbahan dasar dari pohon pisang. Karena pohon pisang ini kalau dipikir-pikir semua bermanfaat, tidak ada racun, dan bisa tumbuh dimana-mana," ujar Mur, pada Selasa (31/7/2018).
Dari olahan pisang, Ibu dari tiga anak ini mengaku pertama kali membuat sale, keripik bunga jantung pisang, dan buah pisang yang disajikan dalam kemasan.
Berjalannya waktu, Mur kemudian terus berinovasi, hingga akhirnya menginjak tahun 2014, ia mulai memberanikan diri bereksperimen mengembangkan olahan pisang tidak hanya bagian buah.
Namun bunga, bonggol, hingga daun menjadi tepung daun pisang.
"Kalau membuat dawet daun pisang ini saya belajar dari hewan. Ketika saya perhatikan, hewan mengapa memakan daun tidak apa-apa, malah sehat," ungkap dia.
Baca: Hilangkan Bekas Gigitan Nyamuk Pakai Kulit Pisang, Gampang Banget!
Terinspirasi dari itu, Mur kemudian mengolah daun pisang menjadi dawet.
Tribunjogja.com sempat mencoba dawet daun pisang olahan Muryati.
Rasanya tak jauh berbeda dengan dawet pada umumnya, manis dan gurih.
Namun, yang sedikit berbeda dari dawet milik Mur ini adalah aroma daun pisang yang sangat kental.
Aroma daun langsung terasa dihidung, ketika es dawet mulai masuk ke dalam mulut.
Harga satu bungkus es dawet daun pisang olahan Muryati cukup ekonomis.
"Satu bungkus (cup) cuma Rp 5 ribu saja," ujar Mur, lalu tersenyum.
Selain dawet, Mur juga mengolah pisang menjadi aneka macam makanan.
Eksperimen untuk mengolah aneka makanan dari tanaman pisang diakui Mur berawal dari pengamatan pohon pisang yang banyak dijumpai di sekitar rumahnya.
Ia mengaku merasa tertantang untuk mengolahnya.
"Awalnya kan satu olahan. Terus olahan demi olahan dari bahan dasar pisang mulai terpikirkan. Saya prihatin dengan produk yang banyak mengandung zat kimia, jadi saya inisiatif membuat makanan sendiri. Yang pasti lebih higenis dan sehat," ungkap dia.
Dari bonggol pisang saja, menurut Mur, ia mampu mengolahnya menjadi aneka ragam makanan, seperti, di masak sayur, diolah menjadi gudeg, kripik, krupuk, hingga abon.
"Bonggol pisang itu sifatnya netral dan aman, bisa di masak apa saja," terangnya.
Lebih lanjut, perempuan yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani ini mengungkapkan, eksperimen terbaru yang sedang dikembangkan dari bahan pisang adalah Tepung Pisang.
Jenis pisang yang dipilih untuk dijadikan tepung adalah jenis Pisang Uter.
Karena jenis pisang ini terbilang cukup murah di pasaran.
"Satu sisir dihargai paling mahal Rp 3 ribu. Kalau satu tundun kisaran Rp 15 ribu. Tidak banyak orang mau memanfaatkannya, karena tidak banyak yang suka. Bahkan, untuk sebagian orang, pisang ini hanya sebagai pakan ternak," ungkapnya.
Untuk proses pembuatan tepung pisang, dijelaskan Muryati, proses pertama dengan mengupas atau memisahkan pisang Uter mentah dengan kulitnya.
Pisang yang sudah terkupas itu dicuci bersih.
Kemudian diiris kotak-kotak seperti stik.
Proses selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih tiga hari, supaya pisang benar-benar kering.
Baca: Mahasiswa UNY Sulap Pelepah Pisang Jadi Sajadah
"Setelah kering disimpan dalam bentuk stik. Jika ingin digunakan atau ada yang pesan, barulah diblender dan diayak, diambil bagian yang halus," terang Mur.
Untuk olahan tepung pisang, diungkapkan Muryati, ia menjual dalam bentuk kemasan perkilo, dengan harga Rp 30 ribu.
Keuntungan hasil berjualan tepung pisang ini, menurutnya, sangat lumayan.
Hal ini karena bahan produksinya murah sementara penjualannya dihargai cukup tinggi.
"Semua olahan yang saya buat, semua alami. Tidak menggunakan bahan pengawet maupun pewarna. Ini yang beda," pungkas dia. (*)