Kulonprogo
Khataman Bersama 872 Siswa SD/MI di Kulonprogo
Khataman Alquran menjadi bagian dari implementasi pendidikan karakter yang diharapkan bisa menangkal pengaruh paham radikalisme pada generasi muda.
Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Gaya Lufityanti
Setelah menyelesaikan pembacaan surat Asy Syamsi dan An Naas, para siswa peserta khataman itu diberi sertifikat dan suvenir berupa sajadah.
Pada bagian akhir acara, siswa dan segenap tamu undangan yang hadir juga mengucap ikrar menjaga persatuan dan kesatuan bersama. Pengucapan ikrar dipimpin oleh Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo bersama forum komunikasi pimpinan daerah (forkopimda).
"Kami khatam Alquran. Kami Cinta Indonesia. Kami cinta Pancasila. NKRI harga mati," demikian bunyi ikrar yang diucapkan Hasto dan diikuti segenap orang yang hadir.
Hasto mengatakan program khataman ini akan diteruskan setiap tahun dan pada tahun depan diikuti pula prosesi khataman bagi siswa beragama lain.
Program itu diharapkannya bisa memberi makna besar bagi karakter siswa di Kulonprogo sebagai generasi emas Indonesia 2045.
Di antaranya mencetak generasi yang baik, tidak anarkis, sungguh mencintai negaranya, mencintai Pancasila, sekaligus memiliki iman dan takwa.
Semuanya dalam pandangannya sudah bisa tercakup oleh konsep pendidikan karakter yang memuat unsur pendidikan keagamaan, kepancasilaan, dan kearifan lokal berupa kebudayaan kemataraman.
Meski tidak serta merta, pendidikan karakter itu disebutnya bisa menangkal pengaruh paham radikal di kalangan generasi muda, termasuk para siswa tersebut.
Mereka bisa tumbuh menjadi anak yang mencintai Pancasila dan negaranya dengan iman dan takwa yang baik sekaligus memahami konsep Islam sebagai pembawa keselamatan dan kebaikan bagi semesta alam (rahmatan lil 'alamin).
Dengan begitu, mereka tidak akan terlibat maupun terjebak paham radikalis dan tindak anarkis maupun terorisme yang belakangan marak terjadi.
"Hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi (terorisme) itu kan bertentangan dengannkonsep rahmatan lil'alamin maupun Pancasila. Kalau bisa memahami tiga unsur dalam pendidikan karakter itu dengan benar, saya kira siswa tidak akan terjebak (radikalisme). Kulonprogo itu cendeurng aman namun pancingan provokasi bisa muncul dan ini tidak bisa diabaikan," kata Hasto.(*)