Kulonprogo

Khataman Bersama 872 Siswa SD/MI di Kulonprogo

Khataman Alquran menjadi bagian dari implementasi pendidikan karakter yang diharapkan bisa menangkal pengaruh paham radikalisme pada generasi muda.

Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Singgih Wahyu
Siswa mencium tangan Bupati Kulonprogo saat menerima sertifikat khatam Alquran dalam acara Khataman Alquran bersama siswa kelas VI SD/MI. 

TRIBUNJOGJA.COM - Sebanyak 872 siswa kelas VI SD/MI di Kulonprogo menjalani Khataman Alquran bersama, Rabu (16/5/2018) di pendopo Taman Budaya Kulonprogo.

Prosesi khataman Alquran ini menjadi bagian dari implementasi pendidikan karakter yang diharapkan bisa menangkal pengaruh paham radikalisme di kalangan generasi muda.

Kepala Dinas Pendidikan Kulionprogo, Sumarsana mengatakan ada 5.884 siswa kelas VI SD/MI di Kulonprogo namun yang mengikuti khataman Alquran itu sebanyak 872 anak saja dari 201 sekolah atau madrasah. 

Terbagi dari 260 siswa laki-laki dan 612 siswa perempuan atau sekitar 14,75 persen dari keseluruhan siswa kelas VI SD/MI di Kulonprogo.

Khataman Alquran bersama yang baru pertamakali digelar ini disebutnya menjadi bagian dari pelaksanaan Perda Kulonprogo nomor 18/2015 tentang pendidikan karakter.

Konsep pendidikan yang mulai berlaku sejak Januari 2018 ini mengatur bahwa peserta didik kelas VI SD/MI beragama Islam diharapkan sudah khatam Alquran dan menjalankan salat lima waktu.

Sehingga, bisa menjadi generasi emas bangsa ini.

"Semoga mereka bisa menjadi generasi Qurani, cinta Pancasila dan cinta Indonesia untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik, Indonesia emas 2045," kata Sumarsana.

Selama ini, praktik beragama sudah diterapkan di kehidupan sekolah.

Di antaranya kegiatan berdoa bersama dan membaca Alquran sebelum memulai kelas.

Konsep serupa juga diterapkan bagi siswa umat agama lain yang diwajibkan juga untuk khatam kitab suci masing-masing. 

Namun, program wajib khatam kitab suci agama lain tersebut masih menunggu kesiapan masing-masing pemuka agamanya. 

Pihaknya meminta dukungan dan kerja keras dari para guru, sekolah, masyarakat, orangtua dan pihak terkait dalam mewujudkan semua program keagamaan di sekolah tersebut secara jangka panjang.

Ke depannya bakal ada wisuda pula bagi siswa muslim yang hafal juz amma dan diharapkan semakin banyak siswa khatam Alquran. 

"Semoga akhir tahun ajaran 2018/2019 nanti lebih banyak lagi peserta didik yang khatam Alquran," katanya.

Setelah menyelesaikan pembacaan surat Asy Syamsi dan An Naas, para siswa peserta khataman itu diberi sertifikat dan suvenir berupa sajadah.

Pada bagian akhir acara, siswa dan segenap tamu undangan yang hadir juga mengucap ikrar menjaga persatuan dan kesatuan bersama. Pengucapan ikrar dipimpin oleh Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo bersama forum komunikasi pimpinan daerah (forkopimda). 

"Kami khatam Alquran. Kami Cinta Indonesia. Kami cinta Pancasila. NKRI harga mati," demikian bunyi ikrar yang diucapkan Hasto dan diikuti segenap orang yang hadir.

Hasto mengatakan program khataman ini akan diteruskan setiap tahun dan pada tahun depan diikuti pula prosesi khataman bagi siswa beragama lain.

Program itu diharapkannya bisa memberi makna besar bagi karakter siswa di Kulonprogo sebagai generasi emas Indonesia 2045.

Di antaranya mencetak generasi yang baik, tidak anarkis, sungguh mencintai negaranya, mencintai Pancasila, sekaligus memiliki iman dan takwa.

Semuanya dalam pandangannya sudah bisa tercakup oleh konsep pendidikan karakter yang memuat unsur pendidikan keagamaan, kepancasilaan, dan kearifan lokal berupa kebudayaan kemataraman.

Meski tidak serta merta, pendidikan karakter itu disebutnya bisa menangkal pengaruh paham radikal di kalangan generasi muda, termasuk para siswa tersebut.

Mereka bisa tumbuh menjadi anak yang mencintai Pancasila dan negaranya dengan iman dan takwa yang baik sekaligus memahami konsep Islam sebagai pembawa keselamatan dan kebaikan bagi semesta alam (rahmatan lil 'alamin).

Dengan begitu, mereka tidak akan terlibat maupun terjebak paham radikalis dan tindak anarkis maupun terorisme yang belakangan marak terjadi. 

"Hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi (terorisme) itu kan bertentangan dengannkonsep rahmatan lil'alamin maupun Pancasila. Kalau bisa memahami tiga unsur dalam pendidikan karakter itu dengan benar, saya kira siswa tidak akan terjebak (radikalisme). Kulonprogo itu cendeurng aman namun pancingan provokasi bisa muncul dan ini tidak bisa diabaikan," kata Hasto.(*) 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved