Kota Yogyakarta
Apa Jadinya Bila Tuna Netra Ikuti Turnamen Catur?
Layaknya kompetisi catur pada umumnya, pertandingan catur antar tuna netra kali itu juga memiliki regulasi yang sama.
Penulis: Rizki Halim | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Minggu (13/5/2018) pagi pemandangan berbeda terlihat pada gedung aula di Sekolah Yaketunis, tampak meja-meja disusun sejajar dan di atasnya terlihat papan catur, lengkap beserta dengan bidak-bidaknya.
Namun, papan catur dan bidak yang berada di sana berbeda dengan papan catur pada umumnya yang biasa dimainkan.
Ada lubang-lubang pada papan catur yang bertujuan untuk menancapkan bidak-bidak yang tengah dimainkan pada turnamen catur kali itu.
Tentunya, papan catur khusus tersebut dimainkan dengan para peserta yang 'khusus' juga, karena para peserta yang bertanding pada turnamen tersebut merupakan penyandang tuna netra.
Turnamen catur tuna netra tersebut merupakan peringatan hari jadi ke-54 Yayasan Kesejahtraan Tunanetra Islam (Yaketunis).
Baca: Melalui Aplikasi, Google Bantu Tuna Netra untuk Melihat
Layaknya kompetisi catur pada umumnya, pertandingan catur antar tunanetra kali itu juga memiliki regulasi yang sama.
Hanya bedanya, pada papan dan bidak-bidak caturnya berbeda dengan papan dan bidak catur pada umumnya.
Dengan kemampuan penglihatan yang berbeda dengan pemain catur pada umumnya, membuat para peserta tuna netra tersebut harus meraba bidak catur miliknya untuk menyusun strategi guna mengambil langkah selanjutnya.
Tak jarang beberapa kesalahan seperti salah memperkirakan bidak catur yang seharusnya milik lawan juga terjadi pada pertandingan kali itu.
Para peserta juga sesekali harus menginterupsi wasit untuk sekedar bertanya berapa jumlah waktu yang tertulis pada timer yang berada tepat di sebelah papan catur mereka, agar dapat memperkirakan siapa yang lebih unggul dalam pertandingan tersebut.
Baca: Tempat Sampah Karya Mahasiswa Ini Bisa Bersuara, Bantu Tuna Netra Buang Sampah
Ketua Komite Olahraga Yakatunis, Hary Pramono menjelaskan, pada turnamen tersebut akan mempertandingkan dua kategori berbeda.
"Ada dua kategori yang dipertandingkan, yaitu untuk peserta dengan tunanetra total dan low vision, dan dari setiap kategori akan diambil lima pemenang," kata Hary yang juga merupakan tunanetra tersebut.
Diikuti oleh puluhan tunanetra, turnamen tersebut berlangsung seru, meski bisa dikatakan para pemain yang bertanding kebanyakan masih amatir.
Atensi para peserta juga terbilang cukup tinggi, beberapa peserta datang dari berbagai daerah di DIY guna dapat mengikuti turnamen tersebut.
Para peserta datang dari seluruh wilayah di DIY, bahkan ada beberapa peserta yang khusus datang dari luar DIY untuk ikut serta.
