Aktivitas Merapi

Penyebab Letusan Freatik Merapi Tak Terdeteksi Alat Pemantau

Letusan freatik itu berlangsung lima menit dan setelah selesai, Merapi kembali dinyatakan dalam status nornal.

Penulis: say | Editor: Muhammad Fatoni
@merapi_news
Foto asap yang keluar dari puncak Merapi 

TRIBUNJOGJA.COM - Letusan freatik Gunung Merapi mengejutkan warga DIY pada Jumat (11/5/2018) pagi kemarin.

Tanpa tanda-tanda sebelumnya, gunung yang identik dengan nama Mbah Marijan itu meletus dan mengeluarkan kolom asap setinggi 5.500 meter.

Letusan freatik itu berlangsung lima menit dan setelah selesai, Merapi kembali dinyatakan dalam status nornal.

Di laman media sosialnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menjelaskan dalam sebuah infografis, mengapa letusan freatik Merapi ini tidak terdeteksi sebelumnya.

Faktor penyebab letusan freatik adalah terakumulasinya gas vulkanik secara cepat.

Gas vulkanik meliputi H20 (air), C02 (Karbondioksida), SO2 (Sulfur Dioksida), HCI (asam klorida) dan H2S (Gas Hidrogen Sulfiada).

Dinamika letusan freatik sangat lemah, sehingga alat konfigurasi pemantauan yang biasa diterapkan untuk letusan magmatik tidak mampu mendeteksinya.

Namun tanda-tandanya dapat berupa anomali permukaan puncak seperti perubahan suhu atau kandungan gas vulkanik dalam waktu singkat.

Anomali tanda-tanda ini dirasakan oleh Sri Warsini (27) dan adiknya Tri Wartini (26), kakak beradik yang sedang merumput hanya berjarak 1 km dari puncak Merapi.

Saat akan berangkat, mereka mendengar suara seperti tiupan angin kencang dari puncak.

Selain itu, asap yang ke luar lebih tebal dan cokelat pekat.

Dua jam sebelum letusan, BPPTKG juga mendeteksi kenaikan suhu kawah.

Letusan sebuah gunung berapi disebut freatik bila material letusannya tidak didapati material juvenile.

Material letusan berupa abu, pasir, serta kerikil yang mengancam di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, berjarak 2 km dari puncak.

Bila terjadi letusan, maka masyarakat dihimbau untuk berlindung dari paparan material jatuhan vulkanik dan menggunakan masker, kacamata, serta penutup kepala.

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved