Aktivitas Merapi

Juru Kunci Gunung Merapi : Jangan Panik dan Harus Terus Waspada

Putra ketiga dari Mbah Maridjan tersebut mengatakan sebenarnya ada tanda-tanda alam. Namun ia tidak terlalu menghiraukan.

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Christi Mahatma
Mbah Asih dan keluarga sedang nyekar ke makam almarhum Mbah Maridjan, Jumat (11/5/2018). 

Laporan Calon Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN- Juru kunci Gunung Merapi, Masbekel Anom Surakso Sihono dan keluarga sedang nyekar ke makam sebelum suara gemuruh muncul dari Gunung Merapi.

"Sedang nyekar tadi, terus ya ada gemuruh. Kalau getaran-getaran saya kurang memperhatikan, ya terus ikut turun, tetapi nggak jauh," kata Mbah Asih, sapaannya.

Mbah Asih menuturkan warga panik saat erupsi terjadi.

Mereka pun lantas berhamburan, berlari untuk mencari tempat aman.

Ia adalah orang terakhir yang turun dari makam.

"Saya orang terakhir yang turun. Ya sebisa-bisa saya memohon dan berdoa pada Allah supaya diberikan keselamatan, ternyata terus reda ya kami kembali lagi. Lha wong tadi lagi bersih-bersih," tuturnya.

Putra ketiga dari Mbah Maridjan tersebut mengatakan sebenarnya ada tanda-tanda alam.

Namun ia tidak terlalu menghiraukan.

Ia mengira, tanda tersebut hanya karena pergantian musim.

"Ya dilihat dari asapnya, agak keruh. Suhunya agak naik, agak panas. Suhu naik sudah 4 hari, saya nggak berpikir sampai situ, karena kan sekarang ya mulai musim panas," kata Mbah Asih.

Ia melanjutkan, biasanya Gunung Merapi hanya meletus sekali.

Sehingga kemungkinan untuk terjadi susulan kecil.

Namun ia tak bisa memastikan hal tersebut.

"Biasanya kalau Merapi itu cuma sekali, nggak ada susulan, mudah-mudahan tidak ada. Mirip seperti tahun 1997, tetapi kalau tahun 1997 lebih besar. Sekitar Merapi sempat gelap, meletus ya terus sudah," lanjutnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved