Internasional

Satu Rahasia yang Bikin Pilot Jet Tempur TNI AU Lebih Jago Terbangkan Sukhoi Ketimbang Pilot Rusia

Ketika Indonesia ingin membeli Sukhoi, seperti Su-35 dan para pilot Sukhoi TNI AU harus berlatih di Rusia, mereka sering dibuat terkejut.

TRIBUNnews
Pesawat tempur Sukhoi TNI AU 

Dengan jumlah jam terbang yang lebih banyak dibandingkan jam jerbang para pilot Sukhoi Rusia, maka dari sisi profesionalisme, kemampuan terbang pilot-pilot Sukhoi TNI AU menjadi lebih unggul dibandingkan para pilot Sukhoi Rusia.

Oleh karena itu ketika Indonesia ingin  membeli Sukhoi, seperti Su-35 dan para pilot Sukhoi TNI AU harus berlatih di Rusia, mereka sering dibuat terkejut.

Pasalnya banyak pilot latih Rusia yang jam terbangnya justru di bawah para pilot Sukhoi senior TNI AU.

Para pilot TNI AU yang sedang dilatih terbang menggunakan jet tempur Sukhoi,  kadang juga  merasa ‘jengkel’ karena para pilot latih Rusia termasuk pelit dalam membagikan ilmu terbangnya.

Ketika berlatih terbang di Rusia, para pilot TNI AU sebenarnya lebih membutuhkan ketrampilan menerbangkan Sukhoi sambil mengoperasikan persenjataan.

Tapi karena parktek  menggunakan persenjataan Sukhoi juga butuh biaya sangat mahal, maka ketrampilan yang sangat dibutuhkan dalam pertempuran udara yang sesungguhnya itu  hanya bisa dipoleh dengan menggunakan simulator.

Jet Tempur F-16 Bisa Dipakai Berulang-ulang, Sukhoi Hanya untuk 'Sekali Pakai'

Angkatan Udara Indonesia (TNI AU) sebenarnya merupakan AU yang unik karena memakai dua produk jet tempur buatan Rusia dan AS sekaligus. 

Di era Perang Dingin, berbagai negara seperti Indonesia hanya bisa memilih satu produk jet tempur saja untuk dibeli: produksi Rusia atau AS saja. 

Ketika Indonesia berusaha dipengaruhi oleh komunis Rusia saat Perang Dingin maka berbagai alat utama sistem senjata (alutsista) bisa dibeli dengan mudah dari Rusia. 

Pada tahun 1960-an berkat alutsista yang dibeli dari Rusia, khususnya pesawat-pesawat tempur dan kapal selam, Indonesia bahkan memiliki kekuatan militer terbesar di Asia Tenggara. 

Tapi ketika di era Orde Baru, Indonesia lebih condong ke AS, maka alutsista dari AS pun gampang dibeli.  

Sebaliknya alutsista dari Rusia terpaksa menjadi besi tua karena minimnya suku cadang terkait hubun gan RI-Rusia yang sedang memburuk. 

Tapi alustista dari AS juga bisa sewaktu-waktu terancam embargo senjata dari AS, jika antara Indonesia dan AS tiba-tiba terjadi konflik baik secara militer maupun politik. 

Konflik yang berujung pada sangsi embargo suku cadang alutsista bahkan bisa terjadi jika Indonesia secara tiba-tiba punya konflik dengan negara-negara sekutu AS, seperti Australia, Inggris, dan Timor Leste. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved