DIY
GKR Hemas: Perempuan Merupakan Agen Perubahan
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas mengatakan perempuan terutama ibu adalah agen perubahan.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Ari Nugroho
Laporan Calon Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas mengatakan perempuan terutama ibu adalah agen perubahan.
Menurutnya ibu merupakan pendidik pertama dalam keluarga sebelum masyarakat.
"Perempuan, terutama ibu adalah agen perubahan. Ibu ada pendidik pertama dalam keluarga. Sebagai ibu kita memberikan pembelajaran pada anak, pada cucu yang dihadapi, dan pada suami yang didampingi. Peran perempuan sangat besar," kata GKR Hemas saat membuka sarasehan di Ruang Pertemuan Pracimosono, Komplek Kepatihan, Selasa (17/4/2018).
Dalam sarasehan bertema "Perempuan sebagai Agen Perubahan Pencegahan Korupsi" tersebut, ia mengatakan sebagai ibu pendidikan karakter anak sangat penting.
Menurutnya pendidikan anak tidak langsung bisa dinikmati langsung, namun dalam jangka waktu 10 -20 tahun mendatang.
Baca: Penyempitan Lahan Pertanian Jadi Perhatian GKR Hemas
"Sebagai ibu, pendidikan karakter anak itu penting. Buahnya tidak bisa dirasakan sekarang, tetapi nanti 10 hingga 20 tahun ke depan. Sebagai ibu tidak hanya mengajari, tetapi memberi contoh supaya jujur dan bersih," lanjutnya.
Ia mengapresiasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat dan Panitia Hari Kartini tingkat DIY 2018 karena mengadakan sarasehan tentang perempuan dan korupsi.
Menurutnya sarasehan tersebut sangat unik dan mampu menjadi pembelajaran.
"Saya bangga dengan BPPM dan Panitia Hari Kartini, kayaknya baru ini peringatan hari Kartini tetapi mengangkat korupsi. Bagus, bisa menjadi pembelajran bahwa perempuan adalah agen perubahan," pungkasnya sebelum meninggalkan ruangan.
Kepala Kejaksaan Tinggi DIY, Sri Harijati mengatakan praktik korupsi maupun gratifikasi sering dilakukan, meskipun tidak disadari.
Ia mengajak supaya para ibu melatih anaknya untuk bertanggungjawab.
"Kita nggak sadar, misal di sekolah ngasih oleh-oleh ke guru. itu bisa juga lho gratifikasi, cuma kita nggak sadar. Untuk mencegah korupsi, ibu sebagai agen perubahan bisa membiasakan anaknya tanggungjawab sama uang jajannya," kata Sri harijati.
Menurutnya, menanyakan penggunaan uang saku pada anak merupakan bentuk latihan anak untuk mengemban amanah. Bukan berarti pelit, sambungnya.
Baca: Lurah dan Camat di Bantul Diberi Arahan Pencegahan Korupsi
Ia juga mengatakan sebagai istri juga harus kritis pada suami, terutama soal gaji.
Menurutnya, jika suami membawa uang lebih, harusnya malah dicurigai.
"Jangan seneng dulu suami bawa duit lebih, sebagai istri harus kristis. Tanyakan uang dari mana, halal atau tidak. Kalau suami ada penjelasan dan emang bisa diterima, baru bisa bernapas lega," tambahnya.
Ia mengajak peserta sarasehan untuk lebih peduli pada anak dan suami.
Menurutnya banyak bertanya merupakan bentuk kasih sayang.
"Jadi ibu harus kritis, banyak tanya ke suami atau anak, atau ke asisten rumah tangga. Supaya terbiasa mengemban amanah dan bisa bertanggungjawab. Suami pergi di luar jam kantor, tanyai mau kemana. Itu bentuk sayang, kalau tiba-tiba kena OTT kan yang rugi keluarga," pungkasnya.(TRIBUNJOGJA.COM)