Penyempitan Lahan Pertanian Jadi Perhatian GKR Hemas

Menyusutnya jumlah lahan pertanian di DIY menjadi perhatian Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas.

Penulis: app | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Panji Purnandaru
Menyusutnya jumlah lahan pertanian di DIY menjadi perhatian Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas. Hal tersebut ia ungkapkan saat menghadiri dialog bertajuk "Penyerapan Apirasi dan Sosialisasi Lembaga DPD RI" di Dusun Karanglo, Desa Sidomoyo, Kecamatan Godean, Jumat (9/3/2018). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Arfiansyah Panji Purnandaru

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Menyusutnya jumlah lahan pertanian di DIY menjadi perhatian Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas.

Hal tersebut ia ungkapkan saat menghadiri dialog bertajuk "Penyerapan Apirasi dan Sosialisasi Lembaga DPD RI" di Dusun Karanglo, Desa Sidomoyo, Kecamatan Godean, Jumat (9/3/2018).

Dijelaskan Hemas, setidaknya 200 hektare lahan pertanian di Sleman menyusut tiap tahunnya.

Kekhawatiran Hemas pun cukup beralasan, lantaran Sleman sendiri terkenal sebagai lumbung pangan DIY selama ini.

"Jangan sampai lahan yang selama ini jadi lumbung pangan, dengan mudah didirikan rumah," ujarnya di depan puluhan warga.

Baca: GKR Hemas : Perempuan Harus Bisa Duduki Posisi Strategis

Minimnya minat generasi muda menjadi petani pun menjadi persoalan.

Jumlah penduduk yang semakin tinggi haruslah diimbangi dengan ketersediaan pangan yang dihasilkan petani-petani.

"Misalnya sebuah desa mengahsilkan ternak, perikanan, padi, bawang putih, bawang merah , dan cabai untuk memenuhi kebutuhan pangan warganya. Jadi kalau satu desa itu mampu menghasilkan pangan kalau bisa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dulu, baru sisanya dijual" tegasnya.

Di tempat yang sama, Pembimbing Lumbung Mataraman Karanglo, Suprapto menuturkan bahwa di dusunnya sudah dikembangkan Gerakan Pembangunan Kawasan Masyarakat Pertanian Unggulan Rakyat Sejahtera Mandiri Pangan atau Gerbang Kampung Raja Mapan yang merupakan gerakan pemenuhan kebutuhan pangan secara mandiri.

Baca: Gedung Lelang Bawang Merah di Bantul Diharapkan Bisa Pangkas Ketimpangan Harga

Dari total penduduk 3.200 jiwa Karanglo, hanya 122 orang yang berprofesi sebagai petani dengan luas lahan sekitar 16 hektare.

"Kemudian kami membentuk lumbung padi, jadi masyarakat bisa mengambil padi dari lumbung," jelasnya.

Meski begitu, salah seorang warga Karanglo yaitu Atni menjelaskan sebagai petani ia masih ada rasa kekhawatiran terkait pelestarian lahan pertanian yang masih menuai berbagai kendala.

"Penyempitan lahan memang kami rasakan. Sehari-hari saya bertani dan ingin mempertahankan tanah untuk (lahan) pertanian sering digoda agar mau menjual tanah," keluhnya.

"Semoga pemerintah dapat memperhatikan nasib para petani. Kalau panen gagal ada bantuan pupuk dan lain sebagainya," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved