Melihat Kondisi Sungai Winongo melalui Susur Sungai

Puluhan peserta terjun langsung ke sungai Winongo dengan start di Kragilan dan finish di Tegalrejo.

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Kurniatul Hidayah
Peserta susur sungai dalam rangka Peringatan Hari Air Dunia di Winongo, Sabtu (24/3/2018). 

Sementara itu, Kepala BBWSO, Tri Bayu Adji menjelaskan bahwa dari sisi kualitas air masih dinilai bagus.

Hanya saja di sisi selatan sudah mulai ada pencemaran.

Walau demikian ia menilai bahwa untuk digunakan sebagai sarana olahraga air, sungai tersebut masih representatif.

"Memang di beberapa titik ada rontokan pohon bambu yang membuat ban saya kecubles. Ada juga sungai yang dangkal serta jeram kecil yang membuat saya jadi duduk di batu," ujarnya ketika membagi pengalaman susur sungai lantas tertawa.

Ia juga menjelaskan, bahwa sepanjang aliran sungai yang digunakan untuk susur sungai bisa memenuhi fungsi sungai yakni mengalirkan air. Pemandangan di kanan kiri pun dikatakannya relatif bagus.

"Tapi di beberapa titik tebingnya mulai longsor. Lalu selanjutnya ada juga vegetasi dan bronjong. Bronjong memang tidak sekuat yang permanen, tapi ini lebih alami," ungkapnya.

Baca: 14 KK Warga Bantaran Kali Winongo Masih Mengungsi

Penggunaan bronjong, lanjutnya, memang yang paling cocok diterapkan di sempadan sungai.

Hal tersebut dikarenakan bronjong dapat menyesuaikan dengan aliran air sungai.

"Kalau ada masyarakat yang bilang belum setahun dibronjong tapi kok bentuknya sudah berantakan, itu yang benar. Bronjong tidak lurus terus, tapi berbelok-belok sesuai dengan aliran air sungai yang benar," paparnya.

Ia mengaku bahwa pihaknya bertanggung jawab atas sempadan sungai.

Terkait keenganan BBWSO membangun talud yang longsor, Tri Bayu memberikan tanggapannya.

Baca: Wakil Wali Kota Yogyakarta Akan Tinjau Beberapa Hal Terkait Longsor di Kali Winongo

"Rumah atau bangunan tidak boleh dibangun di atas sempadan sungai. Namun bukam berarti tidak boleh dimanfaatkan sama sekali. Misalkan di sini, dibuat akses jalan, boleh. Dibuat tempat olahraga boleh. Tapi tidak boleh ada bangunan permanen," tegasnya.

Alih-alih membangun talud, ia mengungkapkan rencananya untuk menghijaukan sempadan sungai dengan rumput.

Selain alami, Tri Bayu menuturkan bahwa ikatan akar rumput dengan ranah sangatlah kuat sehingga sesuai digunakan untuk memperkuat tanah di sekitar aliran air sungai.

"Talud rumput kami siapkan segera dieksekusi. Rumput itu ikatan tanahnya lebih kuat sepanjang tidak ada beban dibatasnya. Kalau pohon, akarnya justru merusak tebing," tandasnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved