Kisah Hidup Panglima TNI: Mulai dari Jualan Donat hingga Jadi Panglima
"Jangan disangka, saya sebagai Panglima TNI juga bisa membuat donat, karena dahulu saya sendiri yang nguleni atau mengaduk adonan donat..."
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Dirinya bekerja dua kali lipat lebih keras dibandingkan Taruan lain.
Di saat banyak Taruna mengeluhkan beratnya pendidikan, dirinya justru terus belajar dan berusaha.
Hasilnya, dirinya jadi Taruna yang berprestasi.
"Dulu itu di tahun pertama, banyak taruna ingin pulang, karena berat pendidikanya. Tetapi saya teguhkan hati saya. Alhasil saya kerap menduduki jabatan penting, menjadi Lemtusar, Bamenkor saat pendidikan. Tuhan melatih saya untuk memiliki karakter yang kuat dan disiplin. Saya selalu berpikir begini, meskipun anak Sersan, jangan sampai kalah dengan anak-anak Jenderal," tuturnya.
Baca: Mengharukan, Bocah 12 Tahun Terima Bantuan Kaki Palsu dari Panglima TNI Masekal Hadi Tjahjanto
Usai lulus pendidikan Taruna, dirinya pun diangkat menjadi seorang perwira.
Sayangnya, dirinya saat itu tidak menduduki posisi di satuan yang elit.
Kendati menjadi seseorang yang kurang diperhitungkan saat itu, tetapi dirinya berprinsip untuk mencapai yang terbaik.
Berkat itu keteguhan hatinya lah, karirnya terus melejit, bahkan dirinya sempat dipercayai mejabat sebagai Sekretaris Militer Presiden kala itu, dan terus meningkat, hingga dirinya kini menjabat sebagai Panglima Tentara Nasional Indonesia.
"Dahulu saya bukan perwira yang menduduki satuan elit dan kurang diperhitungkan, tetapi prinsip saya adalah untuk dan harus menjadi yang terbaik," ujarnya.(TRIBUNJOGJA.COM)