Jejak Kedaton Mataram Masa Raja Balitung
Batu Berukir dari Balongbayen Ini Beri Petunjuk Penting
Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jateng dan Yogyakarta antara abad VII sampai X M diperkirakan berporos Kedu-Prambanan.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Gaya Lufityanti
Tetapi situs ini masih menggambarkan sebuah situs tingkat desa (wanua).
Indikasi adanya permukiman kuno di kawasan itu ditandai banyaknya sebaran lumpang batu, lesung batu, dan pipisan, namun belum dapat dipastikan jenjang permukiman itu pada tingkat yang mana, apakah tingkat desa (wanua), wilayah (watak), ataukah kerajaan (rajya).
Selain itu juga belum dapat diperkirakan apakah permukiman kuna itu dari jaman Mataram Kuno atau masa yang lebih muda.
Tetapi yang jelas teknologi pembuatan lumpang batu dan lesung batu sudah ada sejak masa prasejarah khususnya masa megalitik dan masih berlangsung hingga masa Hindu-Buddha.
Bahkan masa kini pun sebagian masyarakat masih ada yang menggunakannya untuk menumbuk padi.
Dusun-dusun yang telah disurvei antara lain, Dusun Dhuri, Dusun Kalimati, Dusun Babadan, Dusun Pronanggan, dan Dusun Pulerejo.
Kemudian Dusun Samadaran, Dusun Ngajek, Dusun Jetis, Dusun Balongbayen, Dusun Tegalsari, Dusun Sambiroto, Dusun Bromonilan, Dusun Temanggal, dan Dusun Tundan.
Dusun-dusun yang mempunyai indikasi temuan batu-batu candi selain Dhuri dan Bromonilan adalah Dusun Tegalsari, Dusun Balongbayen, dan Dusun Temanggal.
Penelusuran Tribunjogja.com ke lapangan dalam beberapa pekan terakhir, mendapati sebaran artefak di permukaan di luar wilayah ini.
Antara lain di sudut-sudut Dusun Segaran di sebelah timur Candi Kedulan.(Tribunjogja.com)