Batu Berukir dari Balongbayen Ini Beri Petunjuk Penting

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penelitian di kawasan Candi Sambisari dan Candi Kedulan telah dilakukan dalam tiga tahap, yaitu 2007, 2008, dan 2009.

Titik penelitian lapangan meliputi dua desa di Kecamatan Kalasan, yaitu Desa Tirtomartani dan Desa Purwomartani.

Penelitian dilanjutkan Juli 2018, dan akan semakin intensif. 

Penelitian yang dipimpin Baskoro Daru Tjahjono dari Balai Arkeologi Yogyakarta bertujuan membuktikan apakah ada dua candi lagi yang membatasi kawasan "pusat kota Mataram", dan mencari indikasi permukiman di dalam kawasan itu. 

Dua candi memang sudah ada, yaitu Candi Sambisari berada di sudut barat daya dan Candi Kedulan di sudut timur laut.

Maka sudut-sudut lain yang harus dicari apakah ada candinya atau tidak.

Berdasarkan hasil survei di sudut tenggara yaitu di situs Dhuri ditemukan batu-batu candi di halaman rumah warga.

Sedangkan di sudut barat laut di situs Bromonilan juga ditemukan batu-batu candi ketika seorang warga sedang membuat sumur. 

Namun ketika dilakukan ekskavasi di kedua situs itu dengan membuka masing-masing 3 dan 2 buah lubang uji (test pit), keduanya belum berhasil menemukan struktur bangunan candi yang diharapkan.

Di Balongbayen, ditemukan sebaran artefak batu candi di saluran air dusun.

Batu candi itu bahkan ada yang berukir sangat indah meski hanya sepotong. 

Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jateng dan Yogyakarta antara abad VII sampai X M diperkirakan berporos Kedu-Prambanan.

Hal ini didasarkan pada banyaknya tinggalan bangunan-bangunan monumental berupa candi-candi yang sangat megah di kawasan itu.

Hal ini mengindikasikan adanya kota besar pada masa itu, namun hingga saat ini lokasi pusat kerajaan Mataram Kuna yang tepat belum dapat dipastikan. 

Satu dari beberapa situs yang menunjukkan situs permukiman adalah situs Wonoboyo yang terdapat di sebelah timur Prambanan.