Waspada! Inilah Beberapa Gejala Glaukoma, Si 'Pencuri Penglihatan'
Gejala glaukoma sering tidak disadari atau menyerupai gejala penyakit mata lainnya.
Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Noristera Pawestri
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Glaukoma adalah jenis gangguan penglihatan yang ditandai dengan terjadinya kerusakan pada saraf optik, yang biasanya diakibatkan oleh adanya tekanan di dalam mata.
Gejala glaukoma sering tidak disadari atau menyerupai gejala penyakit lain.
Sehingga, kebanyakan penderita kurang menyadari bahwa dirinya menderita glaukoma dan baru diketahui ketika penyakit telah lanjut hingga menyebabkan kebutaan total.
Dokter Spesialis Mata Subdivisi Glaukoma RS Mata Dr YAP, dr Erin Arsianti SpM MSc, menuturkan ada dua klasifikasi glaukoma yakni primer dan sekunder.
Glaukoma primer merupakan jenis glaukoma yang diturunkan dan tidak diketahui penyebab pastinya.
"Apabila dalam satu keluarga diketahui ada yang menderita glaukoma primer, maka keluarga terdekat perlu memeriksakan kondisi matanya," paparnya saat menggelar junpa pers World Glaucoma Week 2018 yang juga dihadiri Tribunjogja.com di RS Mata Dr YAP, Senin (12/3/2018).
Glaukoma sekunder merupakan jenis glaukoma yang tidak diturunkan dan diketahui penyebab pastinya.
Glaukoma sekunder bisa disebabkan banyak hal diantaranya trauma mata, radang mata, diabetes melitus, perdarahan dalam mata, bahkan katarak pun bisa menyebab glaukoma.
"Gejala yang dialami penderita glaukama sangat beragam tergantung jenis glaukama yang diderita, apakah akut atau kronis," lanjutnya.
Gejala glaukoma akut sangat jelas, karena penderita akan merasakan sakit kepala, mata pegal, mual, muntah, mata merah, penglihatan buram mendadak dan melihat pelangi di sekitar lampu.
"Namun seringkali pasien tidak menyadari gejala tersebut sehingga penderita akan berobat dengan obat sakit kepala sampai akhirnya diketahui penyebabnya adalah glaukoma akut. Sehingga pasien datang terlambat dalam kondisi saraf mata sudah rusak," jelasnya.
Glaukoma kronis tidak menimbulkan gejala dan penderita tidak merasakan apapun, namun perlahan-lahan penglihatan menurun karena kerusakan saraf mata secara perlahan juga.
Pada saat penderita mengeluh adanya gangguan pada penglihatan, biasanya telah terjadi kerusakan berat.
Sehingga glaukoma kronis sering disebut "si pencuri penglihatan".
Penanganan glaukoma dengan menurunkan tekanan bola mata ke tingkat yang aman, dimana tidak lagi merusak saraf mata atau memperlambat kerusakan saraf mata.
Pada tekanan yang aman tersebut, diharapkan tidak terjadi kerusakan saraf mata lebih lanjut sehingga kebutaan dapat dicegah.
Pemberian terapi obat-obatan maupun bedah termasuk laser hanya dapat mencegah atau memperlambat kehilangan penglihatan.
Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting dilakukan untuk mencegah hilangnya penglihatan dan mencegah progresivitas glaukoma agar tidak rnenjadi buta.
"Sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata secara rutin agar tidak mengalami kehilangan penglihatan secara permanen akibat glaukoma," tukasnya. (*)
