Narenda Sastra Negara, Bocah Kecil Asal Bantul yang Sampaikan Dakwah di Hadapan Kapolri
Kapolri terlihat sempat tersenyum dan akhirnya tertawa, ketika Narendra menyampaikan dakwah
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribunjogja.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tak bisa dipungkiri, penampilan apik dari pidato dakwah Narendra Sastra Negara (9) sempat mencuri perhatian Kapolri Jendral Tito Karnavian, ketika berkunjung ke Yayasan Bumi Damai, Minggu (11/03/2018).
Duduk di barisan depan, Kapolri terlihat sempat tersenyum dan akhirnya tertawa, ketika Narendra menyampaikan dakwah tentang pentingnya seorang anak berbakti kepada orangtua.
"Mari kita doa bersama-sama, untuk kedua orangtua kita ya. Doanya sudah pada tahu belum?" ujar Narendra, yang sontak membuat Kapolri dan para hadirin tersenyum.
Dakwah dari Narendra yang kocak dan khas anak-anak, membuat jajaran petinggi kepolisian dan seisi ruangan yang hadir saat itu tertawa.
Ketika ditemui tribunjogja.com seusai pentas, Narendra dengan polos mengatakan, dakwah memang sudah sering ia lakukan. Bahkan beberapa kali ia menyabet juara dalam kategori lomba dakwah.
"Udah biasa jadi nggak takut. Kemarin Narendra juara harapan lomba pidato di Piyungan," ujarnya dengan lugu.
Juara harapan di Piyungan merupakan ajang lomba pidato anak tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta.
Narendra sendiri merupakan anak binaan dari yayasan rumah singgah Bumi Damai. Ia mengaku sudah 2 tahun menjadi anak binaan yayasan milik anggota Propam Polda DIY, Brigadir Nur Ali Suwandi.
Ia mengaku betah dan senang bisa menjadi anak binaan yayasan bumi damai karena bisa ikut mengaji dan memiliki banyak teman.
"Saya juga seneng soalnya sering diajak wisata sama teman-teman," kata Narendra.
Ditambahkan sang nenek, Netty Herawati, Narendra merupakan sosok anak yang pandai.
Walaupun baru menginjak kelas tiga Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat SD, namun berbagai juara dalam berbagai ajang perlombaan sudah diraih olehnya.
Tahun 2015, Narendra menjadi juara 2 se-Kabupaten Bantul dalam lomba menata Huruf Hijaiyah.
Pada tahun yang sama, 2015, menjadi juara 3 dalam lomba seni baca Alquran se-Kecamatan Kotagede,Yogyakarta.
Satu tahun berikutnya, tahun 2016, Narendra menjadi juara 2 dalam lomba pidato tingkat Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ummah, Srandakan.
"Kemarin di Piyungan, lomba pidato juga menjadi juara harapan 2, tingkat DIY," ungkap sang nenek.
"Pernah juga menjadi juara 1 lomba Drumband di TK Srandakan, Bantul," imbuh dia.
Dikatakan sang nenek, Netty, Narendra merupakan seorang yatim. Ayahnya meninggal dunia di Jakarta dua tahun silam, ketika usianya baru menginjak 7 tahun.
Tanpa bimbingan sosok sang Ayah, Narendra akhirnya kini diasuh oleh sang nenek. Sementara sang Ibu, sibuk untuk bekerja.
"Ibunya Narendra sibuk bekerja. Kadang pulangnya tak tentu, seminggu dua kali, itupun cuma sebentar," terangnya.
Kini, sejak dua tahun silam, Narendra Sastra Negara, menjadi anak binaan dari Yayasan Bumi Damai.
"Pak Ali itu luar biasa. Beliau selalu support Narendra untuk terus maju, saya senang Narendra belajar disini (Bumi Damai)," ungkapnya.
Di setiap akhir sujudnya, Netty sebagai seorang nenek mengaku selalu berdoa untuk kebaikan cucunya tercinta. Baginya, Narendra adalah harta terindah yang ia miliki.
"Kelak nanti, saya kepengen Narendra ini menjadi sosok yang pandai agama, soleh. Menjadi dai sungguhan," harap Netty, penuh ketulusan. (*)
