Si Kembar Candi Kedulan dan Candi Sambisari
Setelah keseluruhan bangunan candi ditampilkan, nyatalah komplek candi ini nyaris kembar dengan Candi Sambisari di sebelah barat daya Kedulan.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Gaya Lufityanti
Keduanya sama-sama terkubur tanah, pasir dan material lahar gunung Merapi di kedalaman lebih kurang 8 meter.
Setelah ratusan tahun "tidur" di dalam tanah, Kedulan tak lama lagi akan menyapa dunia.
Tentang apa mengapa candi ini dibangun, prasasti Sumundul dan Pananggaran memberikan petunjuk cukup penting.
Prasasti ketiga ditemukan lagi pada September 2015, dan belum bisa dibaca tuntas.
Isi kedua prasasti pertama yang sama persis ukuran dan bentuknya, berhasil diterjemahkan epigraf UGM, Prof Dr Riboet Darmosutopo dan Dr Tjahjono Prasodjo MA.
Intinya, menyebutkan keberadaan bangunan dam (bendungan) untuk pengairan lahan yang digunakan warga dua desa, Panangaran dan Parhyangan.
Dua nama kuno ini sekarang tidak dikenali lagi.
Namun di dekat Kedulan ada nama dusun Segaran, yang diduga ada kaitan dengan toponim Panangaran.
Letak dam atau bendungan yang disebut belum terdeteksi.
Namun diduga bendungan itu ada di aliran Kali Wareng di sebelah barat Kedulan.
Bangunan suci itu diperkirakan dibangun sebagai bagian ucapan syukur atas pembangunan dam, dampak baiknya untuk pertanian, dan meningkatnya kemakmuran warga setempat.
Kapan dibangun, belum ada keterangan pasti.
Namun intrepretasi dari prasasti Sumundul dan Panangaran yang berangka tahun 791 Saka (869 Masehi), diyakini bangunan ini didirikan pada masa-masa itu.
Prasasti itu juga menyebut keberadaan bangunan suci Tiwagaharyyang, yang oleh para arkeolog ditafsirkan merujuk Candi Kedulan yang sekarang.
Candi Kedulan berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 12,05x12,05 meter dengan tinggi 2,72 meter.