Petani Mengaku Diuntungkan dengan Adanya Burung Kuntul di Dusun Ketingan Sleman
Petani menganggap Burung Kuntul sebagai sahabat, karena mereka memakan belalang yang berada di sawah.
Penulis: Tantowi Alwi | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Tantowi Alwi
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Haryono, Ketua Pengelola Desa Wisata Ketingan mengatakan ada 10.000 lebih Burung Kuntul di Dusun Ketingan, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Sleman.
Menurut Haryono jumlah tersebut berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) pada Desember tahun 2013 lalu.
Setiap tahunnya, diperkirakan ribuan ekor Burung Kuntul menetas.
"Satu sarang paling banyak tiga ekor," kata Haryono, Selasa (23/1/2018).
Menurutnya, pada awalnya para petani merasa terganggu dengan adanya ribuan Burung Kuntul tersebut.
Tetapi lama-kelamaan, petani menganggap Burung Kuntul sebagai sahabat, karena mereka memakan belalang yang berada di sawah.
"Mereka jadi sebagai predator penyerang hama tanaman, memakani belalang," kata Haryono.
Bahkan menurut penuturan Haryono, para petani mendapatkan panen yang cukup memuaskan karena adanya Burung Kuntul.
Kemudian, dari segi ekonomi Burung Kuntul juga membawah pengaruh cukup signifikan kepada warga Dusun Ketingan.
Para warga banyak yang membuka jasa homestay untuk para wisatawan yang berminat menginap di Dusun Ketingan.
"Dari jasa homestay warga menerima income tambahan," tuturnya.
Ribuan burung yang menghuni pohon milik warga tersebut, baru sejak tahun 1997 datang dan berkembang biak di Dusun Ketingan.
Haryono mengatakan, ribuan burung kuntul itu datang ke desanya dua minggu pasca peresmian jalan di Dusun Ketingan oleh Sultan Hamengku Buwono X.
"Waktu itu warga melakukan pengerasan jalan sepanjang 450 meter dari gapura sampai masjid. Kami undang Sultan untuk menandatangani prasasti peresmian," kata Haryono.
Pada mulanya, tidak ada satu ekor pun burung Kuntul, kemudian pasca peresmian jalan oleh Sultan HB X, puluhan ekor mulai berdatangan hingga mencapai ribuan.
"Walaupun bukan burung dari Sultan, kebanyakan warga mengaitkan kedatangan itu dengan Sultan HB X, warga menganggap beliau punya kharismatik dan wibawa," kata Haryono saat diwawancarai di kediamannya.
Pada awalnya, warga Ketingan tidak menyukai kedatangan burung berwarna putih ini.
Warga banyak yang tidak suka lantaran bau kotorannya yang sangat menyengat apalagi setelah hujan.
"Banyak warga yang tidak senang kemudian mengusir, ada yang pakai galah dikasih plastik, burungnya senang tinggal di sini walupun diusir tetap di sini," ujarnya.
Setelah beberapa tahun, warga melihat banyak tamu yang berdatangan ke Ketingan untuk melihat burung-burung tersebut.
Pada akhirnya, warga berangsur-angsur mulai menerima dan menyetujui keberadaan ribuan Burung Kuntul itu.
"Warga sudah terbiasa, jadi tidak lagi ada yang mengusir," kata Haryono.
Kemudian, sejak 29 September 2002, Dusun Ketingan sudah menjadi salah satu desa wisata ramah lingkungan di Kabupaten Sleman.
Bahkan, menurut Haryono merupakan satu-satunya desa wisata khusus fauna di Kabupaten Sleman. (*)


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											