Terimbas Libur PKL Malioboro, Pedagang Ini Merasa Rugi Tapi Tetap Legawa

Pedagang yang sudah berjualan sejak tahun 1974 ini merasa rugi namun memaknai hari libur sebagai waktu istirahat. 

Penulis: gil | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Bramasto Adhy
Selasa (26/9/2017) ini ditetapkan sebagai hari libur PKL yang akan diagendakan setiap hari Selasa Wage. Dalam percobaan hari pertama ini, jajaran Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) Pemkot Yogyakarta bersama para pedagang membersihkan pedestrian Malioboro bersama-sama. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Mendapat libur satu hari, pedagang mengakui ada kerugian karena tidak ada pemasukan.

Namun para pedagang menerima sebagai hari untuk beristirahat dan merawat Malioboro

Pedagang suvenir, Mudilah mengaku cukup bingung ketika tidak memiliki pemasukan dalam sehari.

Pedagang yang sudah berjualan sejak tahun 1974 ini merasa rugi namun memaknai hari libur sebagai waktu istirahat. 

"Karena libur, maka tidak ada pendapatan yang masuk. Mau bagaimana lagi karena ini sudah menjadi kesepakatan bersama. Ya, libur saja, itung-itung buat istirahat," ujar Mudilah pada Selasa (26/9/2017).

Mudilah mengatakan, seluruh gerobak yang digunakan pedagang kaki lima sudah disimpan di gudang yang berada tidak jauh dari lokasi berjualan.

Selain istirahat, Mudilah bersama teman-teman pedagang satu komunitas turut membersihkan area yang dipakai untuk membuka lapak. 

Senada dengan Mudilah, pedagang lainnya bernama Sutarjo juga bingung tidak ada penghasilan dalam satu hari.

Rata-rata ia bisa menghasilkan Rp 200-300 ribu dalam sehari. 

"Ya lumayan ini waktunya dipakai untuk libur karena selama berdagang belum pernah libur sekalipun," ungkap pedagang batik motif. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved