Tiwul dan Gatot Masih Menjadi Oleh-oleh yang Diburu Wisatawan
Penganan berbahan dasar gaplek tersebut, kerap dijadikan oleh-oleh bagi para wisatawan untuk dibawa pulang ke daerah asalnya.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Pradito Rida Pertana
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Gunungkidul sangat identik dengan penganan khasnya yaitu tiwul dan gatot.
Penganan berbahan dasar gaplek tersebut, kerap dijadikan oleh-oleh bagi para wisatawan untuk dibawa pulang ke daerah asalnya.
Tiwul Yu Tum adalah salah satu dari sekian banyak penjual tiwul dan gatot di Wonosari, menjelang musim lebaran seperti ini penjualan makanan khas Gunungkidul teraebut mengalami peningkatan.
Slamet Riyadi, pemilik tiwul Yu Tum mengatakan, pihaknya mengalami peningkatan penjualan tiwul di musim libur lebaran kali ini.
Peningkatan tersebut dimulai dari kemarin (26/6/2017), dimana sekitar ratusan besek tiwul terjual. Untuk hari ini ia memperkirakan jumlah tiwul yang terjual mencapai ribuan besek.
"Sudah ada kenaikan jumlah pembeli disini sekitar 75%, dari kemarin yang diminati gatot tiwul, untuk tiwul paling banyak yang rasa original. Kemarin sekitar 900 besek terjual, hari ini meningkat, kira-kira seribuan lebih besek terjual," katanya saat ditemui di tokonya kemarin (27/6/2017).
Lanjut Slamet, pihaknya sudah menyiapkan sekitar 2 ton bahan baku tiwul dan gatot untuk musim libur lebaran kali ini.
Dari jumlah tersebut mengalami penurunan dibanding tahun lalu, dimana pihaknya menyediakan lebih dari 2 ton bahan baku.
Selain tiwul dan gatot yang di besek, pihaknya juga menyediakan ribuan tiwul instan bagi para pembeli yang ingin membuatnya di rumah.
"Kami menyiapkan bahan baku untuk tiwul satu setengah ton gaplek dan untuk gatot satu ton gaplek. Totalnya 2,5 ton gaplek, ini menurun dibanding tahun lalu yang mencapai 3,5 ton bahan baku yang disediakan. Kami juga menyediakan tiwul instan sebanyak 2000 kemasan untuk libur lebaran kali ini," jelasnya.
Menurutnya, untuk puncak keramaian wisatawan yang membeli oleh-oleh di tokonya akan berlangsung besok atau lusa.
Selain tiwul dan gatot pihaknya juga menjajakan penganan lain khas Gunungkidul seperti aneka kripik. Mengenai harga, tidak ada kenaikan baik tiwul maupun gatot.
"Biasanya H+3 atau H+4 puncak wisatawan datang kesini, karena bertepatan dengan libur sekolah juga. Selain tiwul dan gatot kami juga menjual makanan lain tapi tetap khas Gunungkidul. Harga tidak naik, masih Rp.15 ribu untuk gatot campur tiwul, kalau tidak campur juga Rp.15 ribu per besek," katanya.
Sementara itu, Kristin (30), seorang pembeli menuturkan, dirinya setiap mudik ke Gunungkidul selalu menyempatkan untuk membelu tiwul di tempat Yu Tum.
Pemudik yang tinggal di Karawang ini menambahkan, selain tiwul yang kerap dibelinya sebagai oleh-oleh adalah keripik.
"Tiap tahun mudik ke Wonosari dan pasti beli oleh-oleh khususnya tiwul disini, paling suka tiwul yang rasa original. Selain itu tiwul saya juga suka beli keripik singkongnya ini, karena enak dan tahan lama kalau dibawa pulang besok," pungkasnya. (*)