Nenek 125 Tahun di Bantul Ini Hidup Seorang Diri, Andalkan Kepedulian Tetangga
Untungnya dibalik penderitaan Mbah Sendrong yang begitu peliknya, masih ada tetangga yang peduli akan kesehatan dan kebutuhan sehari-harinya.
Penulis: sis | Editor: oda
Tak hanya kebutuhan sehari-hari saja yang Linggar dan keluarganya berikan, dalam hal kebersihan pun tak luput dari perhatian Linggar.
"Dua hari sekali saya mandikan, kadang cuma saya cuci mukanya, kadang ada beberapa tetangga juga yang membantu meringankan beban saya ada yang nyapu dalam rumah dan halaman rumah simbah," imbuhnya.
Diakuinya, untuk merawat mbah Sendrong memang diperlukan kesabaran ekstra mengingat usianya yang sudah sangat tua.
Meskipun tak ada hubungan keluarga antara dirinya dan Mbah Sendrong, namun dengan senang hati dan iklhas Linggar merawat Mbah Sendrong layaknya keluarganya sendiri.
"Dia itu suka rewel kalau lagi laper. Mamakne Eko Mamakne Eko, duwe sega ora? Kowe ora ngliwet pa? aku ngelih je ( Ibunya Eko, Ibunya Eko, kamu apa nggak punya nasi? Kamu nggak nanak nasi? Saya lapar)," ucap Linggar menirukan ucapan Mbah Sendrong.
Namun dibalik rewelnya Mbah Sendrong, dari penuturan Linggar, beliau juga senang bercanda dan curcol.
"Dia itu seneng banget mas curhat pas jaman mudanya dulu. Dulu dia itu adalah tukang pijat panggilan, dan pernah mengalami masa kejayaan. Pernah dipanggil Sri Sultan juga. Kalo cerita soal itu simbah pasti antusias banget, tapi kalau cerita soal kekecewaannya akan masa lalunya yang tidak diberi momongan yang kadang membuat saya terharu," ungkapnya.
Baca: Ingat Nenek Berusia 125 Tahun yang Hidup Sebatang Kara di Bantul? Begini Kabar Terkininya
Sempat Ingin Bakar Kaki
Dari penuturan Linggar, Mbah Sendrong sempat merasakan frustasi akan bengkak yang terjadi di kakinya.
"Dulu sempat mau membakar kakinya sendiri di tungku, mas," jelas Linggar.
Hal itu dikarenakan, lanjutnya, simbah frustasi dengan kondisi kakinya yang tidak mengalami kesembuhan, simbah pun berinisiatif untuk membakar kakinya.
Untungnya Linggar waktu itu langsung menarik simbah yang kedapatan tengah memasukkan kakinya ke dalam tungku pembakaran.
"Dia kan bisanya cuma ngesot, waktu itu pas saya kesini tiba-tiba dia udah masukin kakinya ke tungku. Nah, saya waktu itu teriak-teriak sembari mendorong dia sekuat tenaga saya agar menjauhi tungku, alhamdulillah berhasil. Saya kemudian marah-marahi dia," terang Linggar.
"Setelah itu kaki simbah saya minyaki, ya akhirnya sembuh juga bengkaknya," ucap Linggar lega.
Setelah kejadian itu, Mbah Sendrong menurut Linggar jadi lebih nurut dengan apa yang diucapkannya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/mbah-sendrong1_20170319_005056.jpg)