Lipsus Penglaju Yogya Solo

Kereta Api Komuter Ideal untuk Penglaju Yogya-Solo

Untuk menopang kebutuhan penglaju antara dua kota yakni Yogya-Solo, idealnya adalah angkutan Kereta Api.

Penulis: Rento Ari Nugroho | Editor: oda
tribunjogja/rentoari
ilustrasi kereta api 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Meski memiliki beragam moda transportasi untuk menghubungkan Yogya-Solo, namun idealnya kereta api menjadi tulang punggung transportasi komuter ini.

Selain itu, antara bus dan kereta api diharapkan tidak berkompetisi.

Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL) UGM, Fajar Saumatmaji mengatakan, untuk menopang kebutuhan penglaju antara dua kota yakni Yogya-Solo, idealnya adalah angkutan Kereta Api.

Keunggulan dari angkutan ini antara lain waktu tempuh yang lebih pasti, keamanan dan biaya yang kompetitif.

Sayangnya, keunggulan ini belum ditunjang kesinambungan transportasi dari rumah ke stasiun dan stasiun ke tempat kerja atau belajar.

"Keberadaan angkutan umum pendukung ini belum bagus. Hal inilah yang membuat sebagian orang masih enggan menggunakan armada KA," katanya, belum lama ini.

Di sisi lain, keberadaan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) juga harus berhadapan dengan banyaknya kendaraan pribadi. Jarak Yogya-Solo yang relatif dekat membuat orang lebih terpola untuk naik kendaraan pribadi.

Angkutan umum memang tanggung jawab pemerintah yang penyelenggaraannya bisa diserahkan ke swasta.

"Namun, keberlangsungan usaha mereka perlu dijamin. Karena itu, manajemen pengelolaan yang bagus diperlukan. Saat ini banyak unit usaha angkutan umum yang bagus yang bisa menjadi contoh," imbuhnya.

Fajar memaparkan, kebanyakan pengusaha angkutan saat ini masih menerapkan manajemen yang konvensional.

Di tahun-tahun awal dimana biaya perawatan belum tinggi sebagian pengusaha menurutnya malah foya-foya atau menggunakan dana untuk kegiatan yang tidak berhubungan dengan usaha.

"Nah, ketika waktu berjalan, pendapatan mereka tetap sementara mereka harus mulai mengeluarkan biaya perawatan yang tinggi. Ada sebagian yang mengurangi biaya perawatan untuk mempertahankan keuntungan sehingga kondisi kendaraan pun menurun. Kondisi tentu akan mengurangi pelayanan," tegasnya.

Dalam hubungannya dengan moda transportasi lain di jalur yang sama yakni Kereta Api, terang Fajar, idealnya bus tidak boleh bersaing dengan KA. seharusnya, dua moda transportasi ini harus saling melengkapi.

Di sinilah peran pemerintah sebagai regulator diperlukan.

"Misalnya, untuk jarak jauh menggunakan KA, kemudian sebagai feeder dari stasiun bisa menggunakan bus. Kalau moda transportasi dikompetisikan, salah satu pasti akan mati. Karena itu idealnya harus bersinergi," jelas dia.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved