Tingkatkan Minat Masyarakat untuk Naik Transportasi Massa dengan Undian

"Kan bisa misalkan naik 10 kali, nanti dapet gratis naik satu kali. Cara lain juga bisa, misalkan tiketnya dikumpulkan terus diundi tiap bulan."

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: oda
Tribun Jogja/Hendra Krisdianto
TRANS JOGJA - Halte Trans Jogja Jalan Senopati, Minggu (9/3/2014). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Belum banyaknya pengguna jasa transportasi umum di DIY, terlebih masih sedikitnya pengguna Bus Feeder Damri yang beroperasi keliling ringroad, sebenarnya bisa didongkrak dengan beragam cara. Anggota Komisi C DPRD DIY, Chang Wendryanto mengatakan satu di antara cara adalah dengan memberikan penawaran menarik bagi pelanggan jasa transportasi umum tersebut.

"Kan bisa misalkan naik 10 kali, nanti dapet gratis naik satu kali. Cara lain juga bisa, misalkan tiketnya dikumpulkan terus diundi tiap bulan. Kan seneng penumpangnya dan jadi punya minat untuk menggunakan jasa transportasi umum di sini," jelasnya saat dihubungi Tribun Jogja, Jumat (6/1/2017).

Diakui politisi PDI-P tersebut bahwa kedasaran masyarakat untuk menggunajkan jasa transportasi umum masih rendah.

Hal tersebut bukan berarti pemerintah duduk manis di tempat, namun harus menerapkan strategi yang membuat masyarakat tertarik untuk menggunakannya.

"Yogya ini kan kecil sebenarnya. Makanya, bagaimana pemerintah mensosialisasikan itu. Mungkin dengan tarif yang murah," lanjutnya.

Selain itu, Chang juga menyoroti ketidaksiapan pemerintah atas beroperasinya bus feeder Damri. Pasalnya ketika bus telah beroperasi, namun belum memiliki halte yang memadai. Hal tersebut dirasanya sebagai sesuatu yang janggal.

"Kalau kita punya program jangan tanggung-tanggung, jangan misalkan baru buat shelternya tapi busnya belum ada atau sebaliknya bus sudah dateng tapi shelternya belum ada. Ini harusnya langsung aja sekalian disiapkan semuanya. Jangan bertahap, ngapain? kan ada dana, kecuali nggak ada dana kan lain lagi," tuturnya.

Catatan selanjutnya, adalah mengenai trasnportasi massa yang seharusnya memberikan keamanan dan kenyamanan. Ia mengambil contoh Transjogja.

Selama ini, harusnya Transjogja bisa berbeda dengan yang lain dalam arti driver yang taat aturan dan juga kenyamanan penumpang yang diutamakan.

"Tapi sekarang coba lihat, Transjogja ugal-ugalan. Harusnya kalau belok kiri jalan terus, dia berhenti di sisi kiri yang penting bisa dapat posisi depan. Baru ketika lampu merah, ia jalan," ungkapnya.

Selain itu ia juga mengeluhkan terkait layanan aduan yang kurang maksimal.

"Di situ ada tulisan, silahkan hubungi nomor ini. Kita hubungi juga tidak pernah ada tanggapan. Termasuk bus-busnya kurang baik, banyak yang sudah rusak tidak terawat, sehingga orang mau naik juga enggan," imbuh Chang.

Sebelumnya, Kepala Seksi Sarana Prasana UPT Transjogja, Arif Rahman Hakim menuturkan, ia bersama tim dari Damri telah melakukan survei untuk meletakkan halte portable untuk akses penumpang ke bus feeder Damri.

"Ada 10 titik bolak-balik, berarti jumlahnya ada 20 halte portable. Minggu ini akan kami letakkan di sana, yakni Ringroad barat setelah Jombor hingga di persimpangan Jalan Wonosari," bebernya.

Halte portable tersebut, lanjutnya, bukan barang pengadaan baru melainkan memanfaatkan halte portable milik Transjogja.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved