Kering Singkong, Penyambung Hidup Orangtua Penderita Kelainan Hati
Sebagai gerakan sosial, rumah teduh memang tidak menarik biaya sepeserpun dari para penghuninya.
Penulis: akb | Editor: oda
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Alat pemotong manual berputar memotong singkong senada dengan ayunan tangan Teguh (27).
Singkong dengan ukuran besar keluar menjadi potongan tipis.
Potongan itu merupakan bahan utama kering singkong yang memiliki cita rasa manis pedas.
Lalu di samping Teguh, dua orang pria dan tiga orang wanita terlihat sibuk mengupas singkong.

Aktivitas pembuatan kering singkong di rumah teduh.
Aktivitas pembuatan makanan itu terlihat di rumah teduh pejuang atresia bilier yang berada di Jagalan Rt 8, Tegaltirto, Berbah, Sleman.
Teguh merupakan salah satu penghuni rumah singgah untuk anak penderita kelainan hati.
Beberapa orang di samping Teguh merupakan relawan dan orangtua yang juga menemani anaknya singgah di rumah teduh.
Kering singkong merupakan upaya untuk memenuhi dana operasional.
"Nyambung hiduplah. Adik (Wahyu) diberi pampers, dibelikan susu," ujar Teguh.
Teguh dan istrinya sudah dua bulan ini meninggalkan darah asalnya, Cilacap Jawa Tengah. Anaknya, Wahyu (3), menderita kanker darah yang mengakibatkan kerusakan pada organ hati.
Saat ini Wahyu harus menjalani perawatan rutin di RSUP dr Sardjito.
Sebelumnya, ia di Cilacap bekerja sebagai buruh serabutan. Terkadang ia membantu proyek pembangunan sebagai kuli.
Namun sejak anak pertamanya harus menjalani pengobatan di Yogyakarta ia terpaksa meninggalkan pekerjaannya. Itu dilakukan demi menemani putranya menjalani pengobatan.
"Kalau untuk berobat kita ditanggung BPJS, tapi dari tahun sekian sampai sekarang kita nggak bisa kerja karena kalau ditinggal adek rewel," ujar Teguh.
Unari Sumonar (31), pengelola rumah teduh mengutarakan pembuatan kering singkong itu merupakan upaya untuk mendapatkan uang operasional.
